Latar Belakang
Dalam dunia
pendidikan proses pembelajaran sangatlah menentukan dalam memahami
ilmu,berbagai macam model pembelajaran dilaksanankan untuk meraih tujuan yang
ideal. Baik dengan terjun kelembaga pendidikan formal maupun non formal, baik
menggunakan media guru ataupun otodidak.Lantas bagaimanakah proses terjadinya
pemahaman ilmu tanpa adanya pembelajaran sebelumnya seperti ilmu laduni yang
menurut sebagian besar masyarakat merupakan ilmu yang didapatkan tanpa melalui
proses pembelajaran.
Makalah ini
kami susun untuk mengetahui lebih mendalam tentang ilmu laduni yang diabadikan
dalam kalamullah QS.Al-Kahfi : 65 dan untuk meneliti lebih seksama cara meraih
ilmu tersebut.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang tersebut,kita dapat mengambil rumusan masalah,yaitu:
1.
Apa yang dimaksud ilmu laduni QS
Al-Kahfi 65
2.
Cara meraih ilmu kasbi (ilmu laduni)
Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini sebagai ilmu
PEMBAHASAN
A.
Ilmu laduni menurut QS.Al- Kahfi 65
فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ
عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di
antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi
Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami .
Rahmat disini yang dimaksud ialah kenabian,berdasarkan firman Allah
Ta’ala:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat (Nubuwwah)Tuhanmu(Az Zukhruf
: 32)
Firman Allah :
وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً
Dan yang telah
kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami ( Al-Kahfi:65)
Banyak ulama
yang berbeda pendapat bahwa hamba Allah yang dimaksud di sini adalah salah
seorang nabi yang bernama Al – Khidhr.Tetapi riwayat tentang beliau sungguh
sangat beragam dan sering kali dibumbui oleh hal-hal yang bersifat irasional
.Apakah beliau nabi atau bukan ,dari Bani Israil atau selainnya,masih hidup
hingga kini atau telah wafat,dan masih banyak hal lain,kesemuanya,dengan
rincian pendapat yang bermacam-macam dapat Anda temukan dalam sekian banyak
buku tafsir.[1]
Orang tersebut
disebut khidir ,sedang nama aslinya adalah Balya bin Mulkan.Ia digelari dengan
nama khidir karena ia duduk diatas kulit binatang yang putih.Ketika tempat itu
bergerak,dibelakangnya tampak tumbuhan yang hijau[2]
Agaknya
penamaan serta warna itu sebagai symbol keberkahan yang menyertai hamba Allah
yang istemewa itu
Ayat diatas
mengisyaratkan bahwa beliau dianugerahi rahmat dan ilmu.Penganugerahan rahmat
dilukiskan dengan kata(من عند نا ) min ‘indina sedang
penganugerahan ilmu
dengan kata( من لد نا
) min ladunna,yang keduanya bermakna dari sisi kami.
Kedua istilah
ini tersebut dinilai oleh Thahir Ibn Asyur sekedar sebagai penganekaragaman dan
agar tidak terulang dua kata yang sama dalam satu susunan redaksi.Al – Biqa’I
demikian juga Thabathabai tidak memandangnya demikian.Al-Biqa’I menulis bahwa
menurut pandangan Abu al-Hasan al-Haarali,Kata (عند)’inda
dalam bahasa Arab adalah menyangkut sesuatu yang jelas dan tampak,sedang
kata(لد ن) ladun untuk sesuatu yang tidak
Nampak .Dengan demikian yang dimaksud dengan rahmat oleh ayat diatas
adalah”Apa yang Nampak dari kerahmatan hamba Allah yang saleh iru,”sedang yang
dimaksud denganilmu adalah”Ilmu batin yang tersembunyi yang pasti hal terebut adalah milik dan
berada disii Allah semata-mata”Pakar –pakar tasawuf menamai ilmu yang
berdasarkan mukasyafah (tersingkapnya sesuatu melalui cahaya
kalbu)menamainya ilmu ladunniyy.Hamba Allah yang tekun dalam pengolahan jiwa
dengan meperindah lahiriahnya dengan ibadah,sambil menjauhi akhlak buruk,dan
menghiasi diri dengan ruhaniahnya yang diistilahkan oleh al-Biqa’i dengan
potensi hissiyyah,khaliyyah dan wahmiyyah,maka dia akan meraih potensi ‘aqliyah
yang sangat jernih lagi sangat kuat.Maka dia akan meraih potensi aqliyah yang
sangat jernih lagi sanga kuat.Boleh jadi tulis al-Biqa’i lebih jauh jiwa manusia
berdasarkan fitrahnya adalah anugerah ilahi yang bersifat badanniyah sehingga
sangat kuat kemampuannya untuk menerima tuntunan dan anugerah Ilahiah ,dan
dapat menampung limpahan cahaya ilahi dalam alam qudus dalam bentuk sempurna
.Dan ini gilirannya menjadikan ia meraih ma’rifat dan pengetahuan tanpa
menggunakan potensi pikir.Dan itulah yang dinamakan ilmu ladunniy.[3]
Perihal ilmu
ladunniy itu,Al-Qur’an telah mengisyaratkan sejak dini dimana disebut dua cara
yang ditempuh Allah swt dalam mengajar manusia :
“(Allah yang mengajar
dengan pena,Yang mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya”[4]
Pengajaran
dengan “pena”(tulisan) mengisyaratkan adanya perananan dan usaha manusia antara
lain dengan membaca hasil tulisan,dan pengajaran kedua tanpa pena atau alat
apapun mengisyaratkan pengajaran secara
langsung tanpa alat,dan itulah ilmu ladunniy.
Setiap aksi
pengetahuan memiliki dua factor ,yaitu subyek dan obyek.Secara umum subyeklah
yang dituntut peranannya dalam rangka memahami obyek.Namun pengalaman ilmiah
menunjukkan bahwa obyek terkadang menampakkan dirinya kepada subyek .Hal yang
terjadi dalam dunia ilmiyah ini,memberikan gambaran sekaligus bukti bahwa
terkadang obyek pengetahuan dapat mengunjungi manusia,dan dapat memperkenalkan
diri kepadanya melalui izin dan restu Allah Swt.[5]
B.
Kecerdesan Ilmu Laduni
Model berpikir
rasional agaknya tak mungkin lagi kita paksakan guna mengatasi beragam
problematika masa depan.Disamping memang akan selalu terlambat dalam memberikan
solusi, pikiran semodel itu akan hilang “Kecerdesan”akibat dari cepatnya laju
persoalan yang terjadi di masa depan.Kecepatan hadirnya persoalan yang semacam
itu ,tentu memerlukan model kecerdasan yang jauh lebih kreatif dan solutif.[6]
Lantas yang menjadi pertanyaan serius ,model kecerdasan yang
bagaimanakah yang akan sanggup mengatasi problematika di zaman yang akan
datang?Kiranya belum ada satu peradabanpun yang pernah melahirkan sebentuk
model berpikir yang bisa bertahan sepanjang zaman.Baik peradaban yang di desain
oleh filosof,peradaban yang dibangun oleh para ilmuwan ataupun bangunan
peradabanyang dimotori oleh pratisi.[7]
Model berpikir
yang bersandar sepenuhnya pada nilai –nilai wahyu inilah yang kiranya
dibutuhkan untuk mengatasi problematika masa depan zaman.Sebab ajaran wahtu itu
berlaku sepanjang masa,sehingga kalau kita megngunakan model berpikir yang
terinspirasi dari nilai-nilai wahyu,maka pemikiran sebentuk itu juga akan
berlaku sepanjang masa pula.Maka,satu bentuk pemikiran yang bersandar pada
nilai-nilai dan ajaran wahyu tersebut adalah model “berpikir laduni”.
Kecerdasan laduni(LQ) adalah merupakan sebentuk kecerdasan
pemikiran yang bersifat ruhaniah.Kinerjanya tak saja memerlukan optimalisasi
dari potensi otak,melainkan pula dengan mendayagunakan akal,melipagandakan
potensi hati hingga mermbah ke wilayahruh-ruhaniah .Itulah sebabnya ,kecerdasan
laduni tak mungkin tumbuh hanya dengan menggunakan potensi berpikir,namun juga
dengan mendayagunakan potensi kecerdasan berzikir.Dengan menggabungkan kedua
potensi itu kecerdasan laduni akan tumbuh pada jiwa seseorang.[8]
Dengan mengelola potensi dzikir ,energy kecerdasan akan mengalami
pelipatan yang sangat luar biasa.Sebab,dzikir berpotensi membersihkan energy
yang akan dipergunakan untuk sesuatu yang negatif.Pada setiap elemen potensi
kecerdesan ,selalu beriringan dengan kehendak negative yang akan menyerap
energy yang semestiny dipergunakan utnuk kebaikan guna menggerakkan kemauan
negatif tersebut.
Pada elemen
potensi kecerdasan fu’ad dan shadr,terdapat hawa yang selalu mendorong jiwa
untuk berkehendak menuju lorong kenistaan.Sedangkan pada instuisi (dzauq) juga
terdapat syahwat .Sehingga ,energi yang digunakan untuk kreativitas perbaikan
kemanusiaan ,selalu pula berebutan dengan syahwat yang berkreasi untuk
keburukan .Begitupun dengan aktivitas berpikir yang juga seringkali berpindah
chanel menjadi berfantasi,mengkhayal,dan berpanjang angan-angan.
Banyak energy yang diserap oleh kehendak keburukan baik diwilayah
fu’ad dan shadr,intuisi serta wilayah pikiran inilah yang membuat proses
kecerdasan menjadi sangat berkurang.Karena setiap kali mengfungsikan energi itu
untuk menggerakkan proses kecerdasan ,selalu saja energi tersebut makin melemah
di tengah-tengah perjalanan proses yang mencerdaskan itu.Lantaran berkurangnya
energy yang menggerakkan proses kecerdasan inilah sehingga kecerdasan jiwa
menjadi lamban dan bebal.[9]
Namun ketika
potensi zikir itu uterus berkumpar membersihkan energy dari berbagai kehendak
keburukan ,maaka kekuatan energy kecerdasan itu menjadi utuh .Ketika
dipergunakan untuk menggerakkan proses kecerdasan ,Maka potensi kecerdasan itu
akan meluap dengan sangat cemerlang .Ketika luapan itu terjadi diwilayah
intuisi ,maka akan melahirkan kreativitas,ide-ide,serta gagasan-gagasan yang
sangat menakjubkan .Demikian pula ketika energi itu meluap di wilayah
pikiran,maka akan menumbuhkan pemikiran dan ilmu pengetahuan ,serta
inovasi-inovasi yang sangat berguna bagi perbaikan kemanusiaan.
Untuk
meminggirkan kehendak buruk yang banyak sekali menyerap energy
tersebut,diperlukan vibrasi dzikir yang tiada pernah terhenti.Inilah yang
diinspirasikan oleh Al- Qur’an untuk senantiasa berdzikir[10].Dengan
demikian,laboratorium pikiran yang telah mendapatkan support enerrgi dari
potensi dzikir ,akan mengalami tingkat percepatan yang tak pernah dibayangkan
sebelumnya .Dalam waktu singkat ,ia tak hanya sanggup menyelesaikan dengan
cermat tumpukan persoalan yang melilit,melainkan pula mampu memproduksi
pengetahuan baru yang belum perrnah ditemukan generasi sebelumnya.Setiap kali
ide-ide negatif dan gagasan-gagasan buruk melintas pada ruang jiwa ,maka dengan
cekatan pula potensi zikir itu akan segera menetralisir .Derungan hawa dan
syahwat mendorong jiwa menfungsikan pikiran untuk menuruti kemauannya ,secara
otomatis pula akan terpinggirkan.Dengan demikian ,proses berpikir akan melaju
dengan lempang dijalan kecerdasan ,lantaran sirnanya berbagai hambatan yang
meruang dalam jiwa tersebut.[11]
Ketika resonansi kecerdasan laduni telah bergemuruh pad jiwa
seseorang maka akan melimpah dalam dirinya ilmu pengetahuan yang mengalir dari
gelombang lautan ilmu-Nya .Tak ada jiwa yang sanggup menerima limpahan ilmu-Nya
kecuali jiwa yang berhati lembut,bersih dan kokoh.Dengan kehalusan hati
itualah,sang jiwa dapat mencapai hakikat dari selaga realitas .Itulah puncak
dari segal puncak pengetahuan yang hanya dapat diraih dengan keheningan zikir
dn kebeningan pikir.Ketika cahaya ruhaniah itu hadir kedalam hati.Dengan
terbukannya dinding-dinding itulah,hati dapat menerima langsung pengetahuan
yang berasal dari lautan ilmu-Nya.[12]
C.
Cara Meraih
Ilmu Laduni
Ada anggapan
fatal tantang imu laduni yang perlu kita luruskan.Selama ini ilmu laduni
dipresepsi sebagai ilmu yang datang secara tiba-tiba,dengan tanpa upaya sedikit
pun untuk meraihnya,Orang yang hidupnya jauh dengan proses pencarian ilmu
pengetahuan sekalipun,akan secara tiba-tiba pula dapat memperolehnya sehingga
mendadak pintar .Dari persepsi semacam inilah ilmu laduni dianggap sebagi ilmu
gaib yang hadir begitu saja .Simsalabim Adakadabra![13]
Upaya apapun
yang dilakukan sesorang untuk mencapai nya,dianggap pula sebagai perbuatan
sia-sia .Sebab ilmu laduni itu diperoleh bukan dengan cara peraihan,melainkan
datang dengan begitu saja tanpa memerlukan prasyarat apapun.Padahal
sesungguhnya ,ilmu laduni itu bukan merupakan “ilmu sebab” sehingga ketika
datang pada orang yang dungu lantas dirinya tiba-tiba jadi pintar.Tapi ia justru
merupakan “ilmu akibat” hasil dari sebuah proses pencarian panjang seseorang
yang telah mengabadikan hidupnya bagi
dunia keilmuan,pemikiran dan perenungan[14].
Dengan kata
lain ilmu laduni adalah anugerah dari-Nya di saat seseorang suntuk,mengalami
kebuntuan dalam menghadapi permasalahan yang hendak dipecahkan .Ilmu Laduni
akan tumbuh pada diri seseorang yang telah berpayah-payah memikirkan dan
merenungkan suatu masalah yang membutuhkan pemecahan.Dengan demikian ,seorang
ilmuwan ,seorang pemikir,seorang perenung atau siapa saja yang telah
bersungguh-sungguh hendah memecahkan suatu permasalahan dengan mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh,ia berpeluang memperoleh anugerah ilmu laduni tersebut. Jadi orang
yang telah mendapatkan ilmu laduni ,bukanlah orang yang sebelumnya tak mau
tahu-menahu selama tentang ilmu
pengetahuan dan lantas tiba-tiba menjadi ahlli dalam ilmu pengetahuan
tersebut.Tetapi ia sesungguhnya adalah orang yang sebelumnya memang gemar
mencari ilmu,lantas mendapatkan “bonus”ilmu yang belum diketahui.Hanya saja
,rata umumnya orang dalam meraih pengetahuan,sehingga ia seolah dengan
tiba-tiba saja bisa menguasai ilmu pengetahuan tersebut.[15]
Dimasyarakat selama ini ilmu laduni lebih diwujudkan dalam bentuk
buah spiritual dan keruhanian,karena yang memperolehnya selama ini adalah
orang-orang yang gemar dan bersunguh-sungguh dalam bidang tersebut.[16]
Dengan
kecermatan,ketajaman dan kecepatan ilmu laduni
seseorang akan mempunyai daya jangkau yang melampaui “batas
normal”zamannya.Itulah yang terjadi pada diri Rasulullah SAW.Sebelum menerima
bimbingan wahyu-Nya yang telah melesat
kea lam perenungan dengan sepenuh – penuhnya.Dari proses itu lantas beliau
memperoleh anugerah “Ilmu Laduni”.Dan ketika ilmu itu telah matang dalam
diri”Jalan wahyu”.Lantas asul pun dibimbing dan diajari ,baik melewati malalikat
jibril maupun langsung berproses dikedalaman hatinya.Sehingga,dalam jangka
waktu yang kurang dari seperempat abad,beliau sanggup memecahkan beribu-ibu
persoalan dan itu terekam seluruhnya dalam Al-Qur’an dan Hadis.[17]
Dengan
kecerdasan laduni,seseorang tak memerlukan waktu berpanjang-panjang dalam
meraih ilmu pengetahuan yang dikehendaki.Barangkali yang membuat kita merasa
enggan untuk berproses menuju ilmu laduni,Karena ilmu tersebut harus terlebih
dahulu dicapai melalui pembersihan jiwa ,sehingga jauh dari target
perolehan-perolehan yang bersifat duniawi.Sebab tanpa pembersihan jiwa semacam
itu,mengejar ilmu laduni tak lebih semata hanya bagai orang yang tengah
mengejar bayangan sendiri.Selama ini ,kiranya yang berpayah-payah mengejar ilmu
laduni kebanyakan dari mereka yang tengah “mengejar bayangan sendiri”
tersebut.Secara fisik tampak mereka begitu serius dan sungguh-sungguh berupaya
menggapainya,namun disisi lain jiwanya masih terlilit oleh niatan target-terget
perolehan yang duniawiah baik berupa materi,sanjungan,dan nama besar,maupun
yang berbentuk pengakuan dan kebanggaan diri sebagai orang “terpandai”.[18]
Padahal ilmu
laduni bisa tumbuh hanya dalam hati yang telah dibersihkan dari beragam noktah
kotoran.Dari “ruh-ruhaniah”ilmu laduni menghembus memasuki pintu lubb(inti
hati).Dari lubb lantas memancar menuju lorong bashirah.Dari bashirah lantas
memantul ke ruangan qalb.Dari qalb lalu mengalir ke fu’ad dan shadr.Setelah
diolah dalam laboratorium aql,ilmu laduni dimasukkan ke tabung intuisi dan
tabung pikiran.Ketika tabung intuisi dan
tabung pikiran berpadu,maka dari sanalah akan tumbuh beragam ide
baru,gagasan-gagasan segar,serta ilmu pengetahuan dan inovasi-inovasi yang
sangat menakjubkan bagi perbaikan kemanusiaan.Jadi yang perlu kita mengerti,lubb
inilah yang merupakan pintu awal bagi kehadiran ilmu laduni.Orang-orang yang
ingin mencapai ilmu laduni harus berproses menjadi ulul albab.[19]
Dengan karakter dan proses semacam itu seorang ulu albab memiliki
bentuk pemikiran murni yang bening dan jernih,sehingga mampu menyaring beragam
informasi yang diterima,sanggup menguak rahasia yang tersimpan di kedalaman
ilmu-Nya,mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang melintas,hingga
dapat menemukan isi dari saripati pengetahuan yang menginti dan bermanfaat bagi
diri,kehidupan dan masyarakat.Itulah sebabnya,kedirian seorang ulul albab
selalu bersetumpu dengan ilmu pengetahuan,kebeneran,hikmah,kebajikan dan
kebijakan.
Seseorang yang telah memiliki ciri-ciri,karakter dan berproses
seperti ulul albab inilah yang berpeluang besar memperoleh anugerah ilmu
laduni.Ayat kunci laduni”yang telah kami berikan rahmat kepadanya dari sisi
kami dan yang telah kai ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami”QS.Al-Kahfi:65”tak
sepenuhnya digapai.Tanpa terlebih dahulu melalui proses capaian”rahmat dari
sisi kami”(Memakai idiom min ‘indina),mereka langsung menuju”ilmu dari sisi
kami”(memakai idiom min ladunna).Barangkali itulah sebabnya,tak sedikit orang
yang telah mendapat ilmu laduni”justru tak merahmati manusia sekitar dan
lingkungan alam yang melingkupinya(rahmatan lil alamin) untuk memperoleh ilmu
laduni memang bisa ditempuh melalui banyak jalan.Sebab bagi siapa yang
bermujahadah pada-Nya,akan ditunjukkan beragam jalannya.[20]
Kegaiban Laduni
Untuk mencapai ilmu laduni,nyatanya dibutuhkan pula prasyarat
kekhusyukan.Seorang yang telah khusyuk ,maka kediriannya akan takluk di
hadapan-Nya.Jiwa yang tunduk,hati yang merendah,dan perasaan yang
menghamba.Kekhusyukan ini pula yang akan mengantarkan menuju kebeningan
pikiran.Dengan perangkat kekhusyukan itulah orang yang telah memperoleh
anugerah ilmu laduni menjalani hidup keseharian[21].
Seorang ulul albab yang telah dikarunia rahmat dan keyakinan ,juga
tercurah hikmah,ketenangan hati,inspirasi agung dan”ilmu-ilmu yang
tersimpan”,yang sangat bermanfaat bagi bekal itu ia bisa meminimalisasi
madharat dari sepak terjang pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.Bagi
siapa saja yang telah berada pada peringkat tersebut akan diberi kemudahan
untuk memadukan watak keabdullahan dan tabiat kekhalifahan dengan teramat
mesra.Namun berapapun dasyatnya posisi yang semacam itu.Dengan modal ilmu
laduni dan kekhusyukan yang akan mengawalnya menapaki derajat
ketakwaan.Peringkat takwa ini merupakan puncak pencapaian derajat ketinggian
manusia.Seorang ulul albab yang telah dikaruniai ilmu laduni dan yang
bersandangkan kekhusyukan akan dianugerahi pula dengan baju ketakwaan
tersebut.Disaat itulah kebaikan –kebaikan Ilahiah akan melimpah
kepadanya,sehingga jiwa menjadi tercerahkan,hati menjadi tenang ,kebeningan
pikiran ,intuisi yang memancarkan ide-ide dan firasat- firasat kebaikan,serta
tubuh yang dengan ringan sanggup melayaninya.[22]
BAB III
PENUTUP
Dengan
kecerdasan laduni,seseorang tak memerlukan waktu berpanjang-panjang dalam
meraih ilmu pengetahuan yang dikehendaki.Barangkali yang membuat kita merasa
enggan untuk berproses menuju ilmu laduni,Karena ilmu tersebut harus terlebih
dahulu dicapai melalui pembersihan jiwa ,sehingga jauh dari target
perolehan-perolehan yang bersifat duniawi.Sebab tanpa pembersihan jiwa semacam
itu,mengejar ilmu laduni tak lebih semata hanya bagai orang yang tengah
mengejar bayangan sendiri.Selama ini ,kiranya yang berpayah-payah mengejar ilmu
laduni kebanyakan dari mereka yang tengah “mengejar bayangan sendiri”
tersebut.Secara fisik tampak mereka begitu serius dan sungguh-sungguh berupaya
menggapainya,namun disisi lain jiwanya masih terlilit oleh niatan target-terget
perolehan yang duniawiah baik berupa materi,sanjungan,dan nama besar,maupun
yang berbentuk pengakuan dan kebanggaan diri sebagai orang “terpandai”.
Padahal ilmu
laduni bisa tumbuh hanya dalam hati yang telah dibersihkan dari beragam noktah
kotoran.Dari “ruh-ruhaniah”ilmu laduni menghembus memasuki pintu lubb(inti
hati).Dari lubb lantas memancar menuju lorong bashirah.Dari bashirah lantas
memantul ke ruangan qalb.Dari qalb lalu mengalir ke fu’ad dan shadr.Setelah
diolah dalam laboratorium aql,ilmu laduni dimasukkan ke tabung intuisi dan
tabung pikiran.Ketika tabung intuisi dan
tabung pikiran berpadu,maka dari sanalah akan tumbuh beragam ide
baru,gagasan-gagasan segar,serta ilmu pengetahuan dan inovasi-inovasi yang
sangat menakjubkan bagi perbaikan kemanusiaan.Jadi yang perlu kita
mengerti,lubb inilah yang merupakan pintu awal bagi kehadiran ilmu
laduni.Orang-orang yang ingin mencapai ilmu laduni harus berproses menjadi ulul
albab.
MAKALAH
CARA MERAIH ILMU WAHBI(ILMU LADUNI)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pembimbing : Faturrosyid, M.Th.I
Oleh kelompok D:
Silvy El Romlah
Riyadhatul Jannah
TARBIYAH/PBA
SEMESTER III
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN (IDIA)PRENDUAN
SUMENEP MADURA
TAHUN 2012
DAFTAR PUSTAKA
·
Shihab,Muhammad Quraish.2005.Tafsir
Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an jilid 8.Ciputat:
Lentera Hati.
·
Agama RI, Kementrian. 2011.Alqur’an
dan Tafsirnya.Jakarta: Widya Cahaya.
·
Enha,Ilung S.,2011.Laduni Question
model kecerdasan masa depan.Yogyakarta: Kaukaba
[1]
Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian
Al-Qur’an(Ciputat:Lentera Hati,2005),hal. 94
[2]
Kementrian Agama RI,Alqur’an dan Tafsirnya(Jakarta:Widya
Cahaya,2011),hal 639
[3]
Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian
Al-Qur’an(Ciputat:Lentera Hati, 2005)
, hal.95
[4]
QS. Al-‘Alaq 96
[5] Muhammad
Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an(Ciputat:Lentera
Hati, 2005) , hal.96
[6]
Ilung S. Enha,Laduni Question model kecerdasan masa depan(Yogyakarta:Kaukaba,2011)Hal.143.
[7]
Ibid Hal:130
[8]
Ibid Hal:133
[9] Ilung
S. Enha,Laduni Question model kecerdasan masa depan(Yogyakarta:Kaukaba,2011)Hal.143.
[10]
Ibid Hal: 136
[11]
Ibid Hal: 138
[12] Ibid
Hal: 141.
[13]
Ibid Hal: 143
[14]
Ibid Hal: 145
[15]
Ibid Hal: 144
[16]
Ibid Hal: 145
[17] Ilung
S. Enha,Laduni Question model kecerdasan masa depan(Yogyakarta:Kaukaba,2011)Hal.147
[18]
Ibid Hal: 147
[19]
Ibid Hal: 149
[20] Ilung
S. Enha,Laduni Question model kecerdasan masa depan(Yogyakarta:Kaukaba,2011)Hal.151.
[21]
Ibid Hal: 157
[22]
Ibid Hal : 159
No comments:
Post a Comment