Pages

Tuesday, January 12, 2016

CARA MERAIH ILMU WAHBI(ILMU LADUNI)




Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran sangatlah menentukan dalam memahami ilmu,berbagai macam model pembelajaran dilaksanankan untuk meraih tujuan yang ideal. Baik dengan terjun kelembaga pendidikan formal maupun non formal, baik menggunakan media guru ataupun otodidak.Lantas bagaimanakah proses terjadinya pemahaman ilmu tanpa adanya pembelajaran sebelumnya seperti ilmu laduni yang menurut sebagian besar masyarakat merupakan ilmu yang didapatkan tanpa melalui proses pembelajaran.
Makalah ini kami susun untuk mengetahui lebih mendalam tentang ilmu laduni yang diabadikan dalam kalamullah QS.Al-Kahfi : 65 dan untuk meneliti lebih seksama cara meraih ilmu tersebut.

   Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut,kita dapat mengambil rumusan masalah,yaitu:
1.      Apa yang dimaksud ilmu laduni QS Al-Kahfi 65
2.      Cara meraih ilmu kasbi (ilmu laduni)

  Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini sebagai ilmu


PEMBAHASAN

A.    Ilmu  laduni menurut QS.Al- Kahfi 65

فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً 
 Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami .

Rahmat disini yang dimaksud ialah kenabian,berdasarkan firman Allah Ta’ala:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat (Nubuwwah)Tuhanmu(Az Zukhruf : 32)
Firman Allah :
وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً

Dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami ( Al-Kahfi:65)
Banyak ulama yang berbeda pendapat bahwa hamba Allah yang dimaksud di sini adalah salah seorang nabi yang bernama Al – Khidhr.Tetapi riwayat tentang beliau sungguh sangat beragam dan sering kali dibumbui oleh hal-hal yang bersifat irasional .Apakah beliau nabi atau bukan ,dari Bani Israil atau selainnya,masih hidup hingga kini atau telah wafat,dan masih banyak hal lain,kesemuanya,dengan rincian pendapat yang bermacam-macam dapat Anda temukan dalam sekian banyak buku tafsir.[1]
Orang tersebut disebut khidir ,sedang nama aslinya adalah Balya bin Mulkan.Ia digelari dengan nama khidir karena ia duduk diatas kulit binatang yang putih.Ketika tempat itu bergerak,dibelakangnya tampak tumbuhan yang hijau[2]
Agaknya penamaan serta warna itu sebagai symbol keberkahan yang menyertai hamba Allah yang istemewa itu
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa beliau dianugerahi rahmat dan ilmu.Penganugerahan rahmat dilukiskan dengan kata(من عند نا ) min ‘indina sedang penganugerahan ilmu
dengan kata( من لد نا ) min ladunna,yang keduanya bermakna dari sisi kami.
Kedua istilah ini tersebut dinilai oleh Thahir Ibn Asyur sekedar sebagai penganekaragaman dan agar tidak terulang dua kata yang sama dalam satu susunan redaksi.Al – Biqa’I demikian juga Thabathabai tidak memandangnya demikian.Al-Biqa’I menulis bahwa menurut pandangan Abu al-Hasan al-Haarali,Kata (عند)’inda dalam bahasa Arab adalah menyangkut sesuatu yang jelas dan tampak,sedang kata(لد ن) ladun untuk sesuatu yang tidak Nampak .Dengan demikian yang dimaksud dengan rahmat oleh ayat diatas adalah”Apa yang Nampak dari kerahmatan hamba Allah yang saleh iru,”sedang yang dimaksud denganilmu adalah”Ilmu batin yang tersembunyi  yang pasti hal terebut adalah milik dan berada disii Allah semata-mata”Pakar –pakar tasawuf menamai ilmu yang berdasarkan mukasyafah (tersingkapnya sesuatu melalui cahaya kalbu)menamainya ilmu ladunniyy.Hamba Allah yang tekun dalam pengolahan jiwa dengan meperindah lahiriahnya dengan ibadah,sambil menjauhi akhlak buruk,dan menghiasi diri dengan ruhaniahnya yang diistilahkan oleh al-Biqa’i dengan potensi hissiyyah,khaliyyah dan wahmiyyah,maka dia akan meraih potensi ‘aqliyah yang sangat jernih lagi sangat kuat.Maka dia akan meraih potensi aqliyah yang sangat jernih lagi sanga kuat.Boleh jadi tulis al-Biqa’i lebih jauh jiwa manusia berdasarkan fitrahnya adalah anugerah ilahi yang bersifat badanniyah sehingga sangat kuat kemampuannya untuk menerima tuntunan dan anugerah Ilahiah ,dan dapat menampung limpahan cahaya ilahi dalam alam qudus dalam bentuk sempurna .Dan ini gilirannya menjadikan ia meraih ma’rifat dan pengetahuan tanpa menggunakan potensi pikir.Dan itulah yang dinamakan ilmu ladunniy.[3]

Perihal ilmu ladunniy itu,Al-Qur’an telah mengisyaratkan sejak dini dimana disebut dua cara yang ditempuh Allah swt dalam mengajar manusia :
“(Allah yang mengajar dengan pena,Yang mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya”[4]
Pengajaran dengan “pena”(tulisan) mengisyaratkan adanya perananan dan usaha manusia antara lain dengan membaca hasil tulisan,dan pengajaran kedua tanpa pena atau alat apapun mengisyaratkan  pengajaran secara langsung tanpa alat,dan itulah ilmu ladunniy.
Setiap aksi pengetahuan memiliki dua factor ,yaitu subyek dan obyek.Secara umum subyeklah yang dituntut peranannya dalam rangka memahami obyek.Namun pengalaman ilmiah menunjukkan bahwa obyek terkadang menampakkan dirinya kepada subyek .Hal yang terjadi dalam dunia ilmiyah ini,memberikan gambaran sekaligus bukti bahwa terkadang obyek pengetahuan dapat mengunjungi manusia,dan dapat memperkenalkan diri kepadanya melalui izin dan restu Allah Swt.[5]
B.     Kecerdesan  Ilmu Laduni
Model berpikir rasional agaknya tak mungkin lagi kita paksakan guna mengatasi beragam problematika masa depan.Disamping memang akan selalu terlambat dalam memberikan solusi, pikiran semodel itu akan hilang “Kecerdesan”akibat dari cepatnya laju persoalan yang terjadi di masa depan.Kecepatan hadirnya persoalan yang semacam itu ,tentu memerlukan model kecerdasan yang jauh lebih kreatif dan solutif.[6]
Lantas yang menjadi pertanyaan serius ,model kecerdasan yang bagaimanakah yang akan sanggup mengatasi problematika di zaman yang akan datang?Kiranya belum ada satu peradabanpun yang pernah melahirkan sebentuk model berpikir yang bisa bertahan sepanjang zaman.Baik peradaban yang di desain oleh filosof,peradaban yang dibangun oleh para ilmuwan ataupun bangunan peradabanyang dimotori oleh pratisi.[7]
Model berpikir yang bersandar sepenuhnya pada nilai –nilai wahyu inilah yang kiranya dibutuhkan untuk mengatasi problematika masa depan zaman.Sebab ajaran wahtu itu berlaku sepanjang masa,sehingga kalau kita megngunakan model berpikir yang terinspirasi dari nilai-nilai wahyu,maka pemikiran sebentuk itu juga akan berlaku sepanjang masa pula.Maka,satu bentuk pemikiran yang bersandar pada nilai-nilai dan ajaran wahyu tersebut adalah model “berpikir laduni”.
Kecerdasan laduni(LQ) adalah merupakan sebentuk kecerdasan pemikiran yang bersifat ruhaniah.Kinerjanya tak saja memerlukan optimalisasi dari potensi otak,melainkan pula dengan mendayagunakan akal,melipagandakan potensi hati hingga mermbah ke wilayahruh-ruhaniah .Itulah sebabnya ,kecerdasan laduni tak mungkin tumbuh hanya dengan menggunakan potensi berpikir,namun juga dengan mendayagunakan potensi kecerdasan berzikir.Dengan menggabungkan kedua potensi itu kecerdasan laduni akan tumbuh pada jiwa seseorang.[8]
Dengan mengelola potensi dzikir ,energy kecerdasan akan mengalami pelipatan yang sangat luar biasa.Sebab,dzikir berpotensi membersihkan energy yang akan dipergunakan untuk sesuatu yang negatif.Pada setiap elemen potensi kecerdesan ,selalu beriringan dengan kehendak negative yang akan menyerap energy yang semestiny dipergunakan utnuk kebaikan guna menggerakkan kemauan negatif tersebut.
Pada elemen potensi kecerdasan fu’ad dan shadr,terdapat hawa yang selalu mendorong jiwa untuk berkehendak menuju lorong kenistaan.Sedangkan pada instuisi (dzauq) juga terdapat syahwat .Sehingga ,energi yang digunakan untuk kreativitas perbaikan kemanusiaan ,selalu pula berebutan dengan syahwat yang berkreasi untuk keburukan .Begitupun dengan aktivitas berpikir yang juga seringkali berpindah chanel menjadi berfantasi,mengkhayal,dan berpanjang angan-angan.
Banyak energy yang diserap oleh kehendak keburukan baik diwilayah fu’ad dan shadr,intuisi serta wilayah pikiran inilah yang membuat proses kecerdasan menjadi sangat berkurang.Karena setiap kali mengfungsikan energi itu untuk menggerakkan proses kecerdasan ,selalu saja energi tersebut makin melemah di tengah-tengah perjalanan proses yang mencerdaskan itu.Lantaran berkurangnya energy yang menggerakkan proses kecerdasan inilah sehingga kecerdasan jiwa menjadi lamban dan bebal.[9]
Namun ketika potensi zikir itu uterus berkumpar membersihkan energy dari berbagai kehendak keburukan ,maaka kekuatan energy kecerdasan itu menjadi utuh .Ketika dipergunakan untuk menggerakkan proses kecerdasan ,Maka potensi kecerdasan itu akan meluap dengan sangat cemerlang .Ketika luapan itu terjadi diwilayah intuisi ,maka akan melahirkan kreativitas,ide-ide,serta gagasan-gagasan yang sangat menakjubkan .Demikian pula ketika energi itu meluap di wilayah pikiran,maka akan menumbuhkan pemikiran dan ilmu pengetahuan ,serta inovasi-inovasi yang sangat berguna bagi perbaikan kemanusiaan.
Untuk meminggirkan kehendak buruk yang banyak sekali menyerap energy tersebut,diperlukan vibrasi dzikir yang tiada pernah terhenti.Inilah yang diinspirasikan oleh Al- Qur’an untuk senantiasa berdzikir[10].Dengan demikian,laboratorium pikiran yang telah mendapatkan support enerrgi dari potensi dzikir ,akan mengalami tingkat percepatan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya .Dalam waktu singkat ,ia tak hanya sanggup menyelesaikan dengan cermat tumpukan persoalan yang melilit,melainkan pula mampu memproduksi pengetahuan baru yang belum perrnah ditemukan generasi sebelumnya.Setiap kali ide-ide negatif dan gagasan-gagasan buruk melintas pada ruang jiwa ,maka dengan cekatan pula potensi zikir itu akan segera menetralisir .Derungan hawa dan syahwat mendorong jiwa menfungsikan pikiran untuk menuruti kemauannya ,secara otomatis pula akan terpinggirkan.Dengan demikian ,proses berpikir akan melaju dengan lempang dijalan kecerdasan ,lantaran sirnanya berbagai hambatan yang meruang dalam jiwa tersebut.[11]
Ketika resonansi kecerdasan laduni telah bergemuruh pad jiwa seseorang maka akan melimpah dalam dirinya ilmu pengetahuan yang mengalir dari gelombang lautan ilmu-Nya .Tak ada jiwa yang sanggup menerima limpahan ilmu-Nya kecuali jiwa yang berhati lembut,bersih dan kokoh.Dengan kehalusan hati itualah,sang jiwa dapat mencapai hakikat dari selaga realitas .Itulah puncak dari segal puncak pengetahuan yang hanya dapat diraih dengan keheningan zikir dn kebeningan pikir.Ketika cahaya ruhaniah itu hadir kedalam hati.Dengan terbukannya dinding-dinding itulah,hati dapat menerima langsung pengetahuan yang berasal dari lautan ilmu-Nya.[12]
C.    Cara Meraih Ilmu Laduni
Ada anggapan fatal tantang imu laduni yang perlu kita luruskan.Selama ini ilmu laduni dipresepsi sebagai ilmu yang datang secara tiba-tiba,dengan tanpa upaya sedikit pun untuk meraihnya,Orang yang hidupnya jauh dengan proses pencarian ilmu pengetahuan sekalipun,akan secara tiba-tiba pula dapat memperolehnya sehingga mendadak pintar .Dari persepsi semacam inilah ilmu laduni dianggap sebagi ilmu gaib yang hadir begitu saja .Simsalabim Adakadabra![13]
Upaya apapun yang dilakukan sesorang untuk mencapai nya,dianggap pula sebagai perbuatan sia-sia .Sebab ilmu laduni itu diperoleh bukan dengan cara peraihan,melainkan datang dengan begitu saja tanpa memerlukan prasyarat apapun.Padahal sesungguhnya ,ilmu laduni itu bukan merupakan “ilmu sebab” sehingga ketika datang pada orang yang dungu lantas dirinya tiba-tiba jadi pintar.Tapi ia justru merupakan “ilmu akibat” hasil dari sebuah proses pencarian panjang seseorang yang telah mengabadikan hidupnya bagi  dunia keilmuan,pemikiran dan perenungan[14].
Dengan kata lain ilmu laduni adalah anugerah dari-Nya di saat seseorang suntuk,mengalami kebuntuan dalam menghadapi permasalahan yang hendak dipecahkan .Ilmu Laduni akan tumbuh pada diri seseorang yang telah berpayah-payah memikirkan dan merenungkan suatu masalah yang membutuhkan pemecahan.Dengan demikian ,seorang ilmuwan ,seorang pemikir,seorang perenung atau siapa saja yang telah bersungguh-sungguh hendah memecahkan suatu permasalahan  dengan mengamalkan ilmu yang telah diperoleh,ia berpeluang memperoleh anugerah ilmu laduni tersebut. Jadi orang yang telah mendapatkan ilmu laduni ,bukanlah orang yang sebelumnya tak mau tahu-menahu  selama tentang ilmu pengetahuan dan lantas tiba-tiba menjadi ahlli dalam ilmu pengetahuan tersebut.Tetapi ia sesungguhnya adalah orang yang sebelumnya memang gemar mencari ilmu,lantas mendapatkan “bonus”ilmu yang belum diketahui.Hanya saja ,rata umumnya orang dalam meraih pengetahuan,sehingga ia seolah dengan tiba-tiba saja bisa menguasai ilmu pengetahuan tersebut.[15]
Dimasyarakat selama ini ilmu laduni lebih diwujudkan dalam bentuk buah spiritual dan keruhanian,karena yang memperolehnya selama ini adalah orang-orang yang gemar dan bersunguh-sungguh dalam bidang tersebut.[16]
Dengan kecermatan,ketajaman dan kecepatan ilmu laduni  seseorang akan mempunyai daya jangkau yang melampaui “batas normal”zamannya.Itulah yang terjadi pada diri Rasulullah SAW.Sebelum menerima bimbingan wahyu-Nya  yang telah melesat kea lam perenungan dengan sepenuh – penuhnya.Dari proses itu lantas beliau memperoleh anugerah “Ilmu Laduni”.Dan ketika ilmu itu telah matang dalam diri”Jalan wahyu”.Lantas asul pun dibimbing dan diajari ,baik melewati malalikat jibril maupun langsung berproses dikedalaman hatinya.Sehingga,dalam jangka waktu yang kurang dari seperempat abad,beliau sanggup memecahkan beribu-ibu persoalan dan itu terekam seluruhnya dalam Al-Qur’an dan Hadis.[17]
Dengan kecerdasan laduni,seseorang tak memerlukan waktu berpanjang-panjang dalam meraih ilmu pengetahuan yang dikehendaki.Barangkali yang membuat kita merasa enggan untuk berproses menuju ilmu laduni,Karena ilmu tersebut harus terlebih dahulu dicapai melalui pembersihan jiwa ,sehingga jauh dari target perolehan-perolehan yang bersifat duniawi.Sebab tanpa pembersihan jiwa semacam itu,mengejar ilmu laduni tak lebih semata hanya bagai orang yang tengah mengejar bayangan sendiri.Selama ini ,kiranya yang berpayah-payah mengejar ilmu laduni kebanyakan dari mereka yang tengah “mengejar bayangan sendiri” tersebut.Secara fisik tampak mereka begitu serius dan sungguh-sungguh berupaya menggapainya,namun disisi lain jiwanya masih terlilit oleh niatan target-terget perolehan yang duniawiah baik berupa materi,sanjungan,dan nama besar,maupun yang berbentuk pengakuan dan kebanggaan diri sebagai orang “terpandai”.[18]
Padahal ilmu laduni bisa tumbuh hanya dalam hati yang telah dibersihkan dari beragam noktah kotoran.Dari “ruh-ruhaniah”ilmu laduni menghembus memasuki pintu lubb(inti hati).Dari lubb lantas memancar menuju lorong bashirah.Dari bashirah lantas memantul ke ruangan qalb.Dari qalb lalu mengalir ke fu’ad dan shadr.Setelah diolah dalam laboratorium aql,ilmu laduni dimasukkan ke tabung intuisi dan tabung  pikiran.Ketika tabung intuisi dan tabung pikiran berpadu,maka dari sanalah akan tumbuh beragam ide baru,gagasan-gagasan segar,serta ilmu pengetahuan dan inovasi-inovasi yang sangat menakjubkan bagi perbaikan kemanusiaan.Jadi yang perlu kita mengerti,lubb inilah yang merupakan pintu awal bagi kehadiran ilmu laduni.Orang-orang yang ingin mencapai ilmu laduni harus berproses menjadi ulul albab.[19]
Dengan karakter dan proses semacam itu seorang ulu albab memiliki bentuk pemikiran murni yang bening dan jernih,sehingga mampu menyaring beragam informasi yang diterima,sanggup menguak rahasia yang tersimpan di kedalaman ilmu-Nya,mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang melintas,hingga dapat menemukan isi dari saripati pengetahuan yang menginti dan bermanfaat bagi diri,kehidupan dan masyarakat.Itulah sebabnya,kedirian seorang ulul albab selalu bersetumpu dengan ilmu pengetahuan,kebeneran,hikmah,kebajikan dan kebijakan.
Seseorang yang telah memiliki ciri-ciri,karakter dan berproses seperti ulul albab inilah yang berpeluang besar memperoleh anugerah ilmu laduni.Ayat kunci laduni”yang telah kami berikan rahmat kepadanya dari sisi kami dan yang telah kai ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami”QS.Al-Kahfi:65”tak sepenuhnya digapai.Tanpa terlebih dahulu melalui proses capaian”rahmat dari sisi kami”(Memakai idiom min ‘indina),mereka langsung menuju”ilmu dari sisi kami”(memakai idiom min ladunna).Barangkali itulah sebabnya,tak sedikit orang yang telah mendapat ilmu laduni”justru tak merahmati manusia sekitar dan lingkungan alam yang melingkupinya(rahmatan lil alamin) untuk memperoleh ilmu laduni memang bisa ditempuh melalui banyak jalan.Sebab bagi siapa yang bermujahadah pada-Nya,akan ditunjukkan beragam jalannya.[20]

Kegaiban Laduni
Untuk mencapai ilmu laduni,nyatanya dibutuhkan pula prasyarat kekhusyukan.Seorang yang telah khusyuk ,maka kediriannya akan takluk di hadapan-Nya.Jiwa yang tunduk,hati yang merendah,dan perasaan yang menghamba.Kekhusyukan ini pula yang akan mengantarkan menuju kebeningan pikiran.Dengan perangkat kekhusyukan itulah orang yang telah memperoleh anugerah ilmu laduni menjalani hidup keseharian[21].
Seorang ulul albab yang telah dikarunia rahmat dan keyakinan ,juga tercurah hikmah,ketenangan hati,inspirasi agung dan”ilmu-ilmu yang tersimpan”,yang sangat bermanfaat bagi bekal itu ia bisa meminimalisasi madharat dari sepak terjang pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.Bagi siapa saja yang telah berada pada peringkat tersebut akan diberi kemudahan untuk memadukan watak keabdullahan dan tabiat kekhalifahan dengan teramat mesra.Namun berapapun dasyatnya posisi yang semacam itu.Dengan modal ilmu laduni dan kekhusyukan yang akan mengawalnya menapaki derajat ketakwaan.Peringkat takwa ini merupakan puncak pencapaian derajat ketinggian manusia.Seorang ulul albab yang telah dikaruniai ilmu laduni dan yang bersandangkan kekhusyukan akan dianugerahi pula dengan baju ketakwaan tersebut.Disaat itulah kebaikan –kebaikan Ilahiah akan melimpah kepadanya,sehingga jiwa menjadi tercerahkan,hati menjadi tenang ,kebeningan pikiran ,intuisi yang memancarkan ide-ide dan firasat- firasat kebaikan,serta tubuh yang dengan ringan sanggup melayaninya.[22]


BAB III
PENUTUP
Dengan kecerdasan laduni,seseorang tak memerlukan waktu berpanjang-panjang dalam meraih ilmu pengetahuan yang dikehendaki.Barangkali yang membuat kita merasa enggan untuk berproses menuju ilmu laduni,Karena ilmu tersebut harus terlebih dahulu dicapai melalui pembersihan jiwa ,sehingga jauh dari target perolehan-perolehan yang bersifat duniawi.Sebab tanpa pembersihan jiwa semacam itu,mengejar ilmu laduni tak lebih semata hanya bagai orang yang tengah mengejar bayangan sendiri.Selama ini ,kiranya yang berpayah-payah mengejar ilmu laduni kebanyakan dari mereka yang tengah “mengejar bayangan sendiri” tersebut.Secara fisik tampak mereka begitu serius dan sungguh-sungguh berupaya menggapainya,namun disisi lain jiwanya masih terlilit oleh niatan target-terget perolehan yang duniawiah baik berupa materi,sanjungan,dan nama besar,maupun yang berbentuk pengakuan dan kebanggaan diri sebagai orang “terpandai”.
Padahal ilmu laduni bisa tumbuh hanya dalam hati yang telah dibersihkan dari beragam noktah kotoran.Dari “ruh-ruhaniah”ilmu laduni menghembus memasuki pintu lubb(inti hati).Dari lubb lantas memancar menuju lorong bashirah.Dari bashirah lantas memantul ke ruangan qalb.Dari qalb lalu mengalir ke fu’ad dan shadr.Setelah diolah dalam laboratorium aql,ilmu laduni dimasukkan ke tabung intuisi dan tabung  pikiran.Ketika tabung intuisi dan tabung pikiran berpadu,maka dari sanalah akan tumbuh beragam ide baru,gagasan-gagasan segar,serta ilmu pengetahuan dan inovasi-inovasi yang sangat menakjubkan bagi perbaikan kemanusiaan.Jadi yang perlu kita mengerti,lubb inilah yang merupakan pintu awal bagi kehadiran ilmu laduni.Orang-orang yang ingin mencapai ilmu laduni harus berproses menjadi ulul albab.

MAKALAH
CARA MERAIH ILMU WAHBI(ILMU LADUNI)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pembimbing : Faturrosyid, M.Th.I


Oleh kelompok D:
Silvy El Romlah
Riyadhatul Jannah
TARBIYAH/PBA
SEMESTER III

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN (IDIA)PRENDUAN
SUMENEP MADURA
TAHUN 2012

 DAFTAR PUSTAKA
·        Shihab,Muhammad Quraish.2005.Tafsir Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an jilid 8.Ciputat: Lentera Hati.
·        Agama RI, Kementrian. 2011.Alqur’an dan Tafsirnya.Jakarta: Widya Cahaya.
·        Enha,Ilung S.,2011.Laduni Question model kecerdasan masa depan.Yogyakarta: Kaukaba



[1] Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an(Ciputat:Lentera Hati,2005),hal. 94
[2] Kementrian Agama RI,Alqur’an dan Tafsirnya(Jakarta:Widya Cahaya,2011),hal 639
[3] Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an(Ciputat:Lentera Hati, 2005)  ,  hal.95
[4] QS. Al-‘Alaq 96
[5] Muhammad Quraish Shihab,Tafsir Al Misbah Pesan,kesan dan keserasian Al-Qur’an(Ciputat:Lentera Hati, 2005)  ,  hal.96
[6] Ilung S. Enha,Laduni Question model kecerdasan masa depan(Yogyakarta:Kaukaba,2011)Hal.143.
[7] Ibid Hal:130
[8] Ibid Hal:133
[9] Ilung S. Enha,Laduni Question model kecerdasan masa depan(Yogyakarta:Kaukaba,2011)Hal.143.
[10] Ibid Hal: 136
[11] Ibid Hal: 138
[12] Ibid Hal: 141.
[13] Ibid Hal: 143
[14] Ibid Hal: 145
[15] Ibid Hal: 144
[16] Ibid Hal: 145
[17] Ilung S. Enha,Laduni Question model kecerdasan masa depan(Yogyakarta:Kaukaba,2011)Hal.147
[18] Ibid Hal: 147
[19] Ibid Hal: 149
[20] Ilung S. Enha,Laduni Question model kecerdasan masa depan(Yogyakarta:Kaukaba,2011)Hal.151.
[21] Ibid Hal: 157
[22] Ibid Hal : 159

No comments:

Post a Comment