Pages

Tuesday, January 12, 2016

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI





PENDAHULUAN
Biografi Al-Ghazāli (450 H/1059 M)
Nama lengkap Al-Ghazali adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad ath-Thousy, lahir di kampung Ghazalah, Thusia, salah satu kota di Khurasan, Persia. Sebelum ayahnya  meninggal dunia, Al-ghazali dan adiknya[1] dititipkan kepada seorang sufi (sahabat karibnya). Karena cintanya terhadap ilmu ,ayah al ghazali mewariskan hartanya yang selanjutnya diberikan kepada sufi tersebut untuk biaya pendidikan al-ghazali dan adiknya.”
Akan tetapi hal ini tidak berjalan lama. Harta warisan yang ditinggalkan untuk kedua anak itu habis, sufi yang juga menjalani kecenderungan hidup sufistik yang sangat sederhana ini tidak mampu memberikan tambahan nafkah. Maka al-Ghazali dan adiknya diserahkan ke suatu madrasah yang menyediakan biaya hidup bagi para muridnya. Di madrasah inilah al-Ghazali bertemu dengan Yusuf al-Nassaj, seorang guru sufi kenamaan pada saat itu, dan dari sini pulalah awal perkembangan intelektual dan spiritualnya yang kelak akan membawanya menjadi ulama terkenal di dunia Islam bahkan mendapat gelar Hujjatul Islam dan Zain ad-Dîn.
Pada usia 33 tahun, Al-Ghazali diangkat menjadi Profesor di Universitas Nizhamiyah di Baghdad, dan memperoleh kedudukan tertinggi di dunia ilmu pengetahuan pada masanya..Pada Tahun 448 H Al-Ghazali meninggalkan segala kemahsyuran yang diperolehnya dan keluar dari lingkaran Nazhamiyah menuju Baitul Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sepulang dari mekkah, Al-Ghazali menuju Damaskus dan menetap dikota damsyik selama sepuluh tahun.
Pada Tahun 499 H, karena desakan penguasa yang bernama Muhammad, Al-Ghazali akhirnya mau kembali mengajar disekolah Nizhamiyah di Naisabur. Akan tetapi hal tersebut hanya mampu bertahan 2 tahun pada akhirnya dia kembali ke kota Thus lagi, dan mendirikan sekolah untuk para fuqaha dan sebuah biara untuk Mutawassifin.Dikota itulah Al-Ghazali menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 505 H/111 M tepat diusianya 54 tahun.[2]



PEMBAHASAN
 Pemikiran Al-Ghazali mengenai Pendidikan
Menurut Al-Ghazali pendidikan merupakan salah satu cara seorang hamba  untuk mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan mahkota kemuliaan. Hal tersebut tertuang dalam kata bijak yang pernah dinyatakannya,
“selama ilmu itu dimiliki seorang itu lebih banyak dan lebih sempurna, maka seharusnya ia menjadi lebih dekat kepada Allah”.[3]
Adapun pendidikan dalam dunia sosial dapat memajukan kehidupan sosial manusia agar lebih bermartabat, sebab itu dia menegaskan “bahwa tinggi rendahnya kehidupan manusia sangat ditentukan oleh sifat penguasaan ilmu pengetahuan”.[4]
Al-Ghazali sangat percaya pendidikan sangat bermanfaat bagi pelakunya dengan rumusan, pendidikan harus mengedepankan pembersihan jiwa dari noda-noda akhlak dan sifat tercela, sebab “ilmu itu merupakan ibadah hati shalatnya nurani dan pendekatan jiwa menuju Allah”
Dari penjabaran diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa gaya pemikiran Al-Ghazali cenderung ke sufistik dan lebih banyak bersifat rohaniah, karena berdasarkan analisisnya ciri khas pendidikan islam lebih fokus pada penanaman nilai moralitas yang dibangun dari cabang-cabang akhlak islam.[5]
 Dalam kitab Mizan Al-A’mal, Al-Ghazali menjelaskan dua cara memperoleh ilmu dalam pendidikan yaitu dengan cara 1. pengilhaman dari Tuhan atau biasa yang kita kenal dengan ilmu Laduni, 2. Dengan cara belajar.
Pemikiran Imam Al-Ghazali mengenai urgentnya pendidikan terdiri dari 5 aspek utama[6], yakni:
1.     Pendidikan dalam aspek kerohanian (keimananan)
2.     Pendidikan dalam aspek prilaku (akhlak)
3.     Pendidikan dalam aspek pengembangan (intelektualitas dan kecerdasannya)
4.     Pendidikan dalam aspek social-engineering (rekayasa sosial)
5.     Pendidikan dalam aspek biologis manusia atau kejasmaniahan

Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali
1.     Dasar Pendidikan Islam
Bagi Al-Ghazali yang telah banyak menghabiskan hidup di dalam dunia pendidikan menjabarkan dasar dari pendidikan islam adalah”menyatukan konsep ilmu dengan dua energy manusia yakni akal dan hati, sedangkan indra lebih banyak menimbulkan kebimbangan. Menurutnya semua ilmu harus berujung pada ilmu yang meyakinkan”,pendapat tersebut hampir selaras dengan Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasy dalam bukunya “Dasar-dasar pendidikan Islam”[7], yang seyogyanya pendidikan terdiri dari komposisi campuran ilmu akal dan ilmu hati yang dijadikan satu dalam pendidikan agama sehingga pendidikan ditujukan untuk mendidik akhlak dan jiwa.

2.     Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah suasana ideal yang harus diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan, suasana yang ideal akan nampak pada tujuan akhir [8].Seperti yang telah dikemukakan oleh Al-Ghazali mengeai tujuan pendidikan ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah bukan untuk mencari uang atau pekerjaan seperti budaya yang sudah mentradisi di lubung-lubung niat para penuntut ilmu di zaman ini.
 Pada hakikatnya “Hasil dari ilmu sesungguhnya akan mendekatkan manusia kepada Allah, Tuhan pemilik seluruh alam dan dengan ilmu manusia mendapatkan penghormatan secara naluri” selaras dengan pendapatnya dapat dijabarkan bahwa tujuan pendidikan terbagi menjadi 2 yakni:
a.     Tujuan jangka pendek
Tujuan pendidikan jangka panjang ialah pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan dalam prosesnya harus mengarahkan manusia menuju jalur-jalur pendekatan diri kepada Tuhan pencipta alam. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama seseorang duduk dibangku pendidikan semakin bertambah ilmu pengetahuannya, maka semakin mendekat kepada Allah.
b.     Tujuan Jangka Pendek
Menurut Al-Ghazali , tujuan jangka pendek ialah diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, akan dapat menyembabkan timbulnya kedengkian, kebencian dan permusuhan.[9] Pemikiran tersebut didasari oleh dalil:
. وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah aku jadikan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-ku”[10]
Dari pengambilan dalil diatas sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan, Hal itu yang menyebabkan  Al-Ghazali memandang dunia ini bukan merupakan hal yang pokok, tidak abadi dan rusak ,sedangkan maut dapat memutuskan kenikmatan serta setiap saat  akan selalu mengintai manusia.[11]
 Karena baginya orang yang berakal sehat ialah orang yang menggunakan dunia untuk tujuan akhirat, sehingga dengan seperti itu manusia mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah. Akan tetapi Al-Ghzali tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan dunia itu hanyalah sebgai alat. Yakni alat atau sarana untuk menjembatani manusia agar dapat lebih dekat kepada Allah.
3.     Materi Pendidikan Islam
  Secara tradisional materi berarti mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik untuk menanamkan sejumlah pengetahuan agar mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Pandangannya tentang materi pendidikan islam dapat dipahami dari pandangannya tentang ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan kepada yang terlarang dan yang wajib dipelajari oleh anak didik menjadi tiga kelompok yaitu:
a.        Ilmu tercela, banyak atau sedikit ilmu ini tidak ada manfaatnya bagi manusia di dunia maupun di akhirat, misalnya ilmu sihir, ilmu nujum, dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudarat dan akan meragukan terhadap adanya Allah. Oleh karena itu, ilmu ini harus dijauhi
b.        Ilmu yang terpuji, banyak atau sedikit. Misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama. Ilmu ini bila dipelajari akan membawa seseorang kepada jiwa yang suci bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah.
c.         Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh diperdalam, karena ilmu ini dapat membwa kepada kegoncangan iman dan ilhad (meniadakan Tuhan) seperti ilmu filsafat.
Dari ketiga kelompok tersebut, Al-Ghazali membagi lagi ilmu tersebut menjadi dua kelompok ilmu dilihat dari segi kepentingannya, yaitu:
1)     Ilmu yang wajib (fardlu) yang diketahui oleh semua orang, yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumber kepada kitab Allah.
2)     Ilmu yang hukum memepeljarinya fardlu kifayah, yaitu ilmu yang digunakan untuk memudahkan urusan duniawi, seperti ilmu hitung, ilmu kedokteran, ilmu teknik , ilmu pertanian, dan industry.
Selanjutnya yang menjadi titik perhatian Al-Ghazali  dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah ilmu pengetahuan yang digali dari kandungan Al-Qur’an, Karena ilmu model ini akan bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Karena dapat menenangkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dapat disimpulkan bahwa corak pendidikan yang dikembangkannya dipengaruhi pandangan tasawuf dan fiqih. Hal ini tidak mengherankan karena konsp pendidikan yang dikemukakannya nampak selain sistematik dan komprehensif juga secara konsisten sejalan dengan sikap dan kepribadiannya sebagai seorang sufi.

4.     Metode dan Media
   Dalam proses pengajaran Al-ghazali, terdapat tiga metode yang diterapkan dalam pembelajaran. Metode tersebut tersusun sistematis dalam  Psikologis, Sosiologis dan Pragmatis yang di tujukan dalam rangka keberhasilan pembelajaran.
  Dalam Pembelajaaran Al-Ghazali bahwa metode yang digunakan misalnya Metode Mujahadah dan Riyatlah, Pendidikan praktek kedisiplinan, Pembiasaan, penyajian dalil naqli dan aqli serta bimbingan nasihat.

Pemikiran diatas dalam era modern sekarang menjadi hal yang penting kembali untuk dilakukan , Disamping untuk memadukan metode dan media yang modern, Sehingga akan tercipta kelas Ideal dalam pembelajaran. Kebanyakan yang kita lihat sekarang pendidik jarang memadukan metode dan media dalam pembelajarannya.
Lebih bersifat menonton dan hal itu membuat siswa merasa jenuh dan bosan sehingga pembelajaran yang terjadi tidak ada interaksi yang baik, serta cenderung menurunkan gairah dan hasil belajar siswa itu sendiri. Maka Pendidik sekarang perlu mengubah pola pikirannya dalam menerapkan metode dan media pembelajaran yang untuk saat ini semakin mudah mendapatkan informasi dan alatnya.


    KESIMPULAN
                   Menurut Al-ghazali pendidikan merupakan sarana manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui jalur ilmu pengetahuan.
Dengan ilmu pengetahuanlah manusia dalam kehidupan sosialnya memiliki derajat. Pada hakikatnya pendidika memiliki berbagai macam tujuan, akan tetapi menurut al-ghazali yang memiliki pemahaman sufistik memfokuskan segala tujuan kesudut ibadah kepada Allah.
                   Hal ini nampak terlihat dari pandangannya mengenai materi pendidikan yang menggandeng antara akal hati dan akhlaq sebagai kesatuan dalam proses pembelajaran.
Pendidikan dimatanya tidak hanya sekedar pemberian ilmu tapi lebih ke efek dari pemberian ilmu tersebut.oleh sebab itu metode yang digunakannya pun memadukan 3 unsur yakni Psikologis, Sosiologis dan Pragmatis, sehingga terwujudnya pendidikan yang ideal.

MAKALAH
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
 AL-GHAZALI
Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester materi Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing : Khairul Umam M.Pd
                                        
Oleh:
SILVY EL ROMLAH
Tarbiyah/Pendidikan Bahasa Arab
Semester: 3
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN(IDIA)
PRENDUAN SUMENEP MADURA

2012-2013

DAFTAR PUSTAKA
3.     http://aweygaul.wordpress.com/2012/08/09/percikan-pemikiran-imam-al-ghazali-dalam-pengembangan-pendidikan-islam-studi-kritis-atas-kitab-ayyuh-al-walad
4.     Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
5.       al-Ghazali , Abu Hamid. 1991. Ihya ‘Ulum al-Din juz 1.Beirut: Dar al-Fikr.
6.     Nasution, Hasyhmsyah. 2002. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
7.     Zuhairini dkk. 2004.  Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Buta Aksara.
8.     Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.




[1] Al-ghazali mempunyai adik yang bernama Ahmad keduanya menjadi ulama besar dan pengagum serta pencinta ilmu
[2] Abu Hamid al-Ghazali. Ihya ‘Ulum al-Din (Beirut: Dar al-Fikr, 1991).Hlm: 3
[3] http://ainuly90.blogspot.com/2012/04/tokoh-pemikiran-pendidikan.html
[4] Hasan Basri,Filsafat Pendidikan Islam(Bandung: CV Pustaka Setia,2009). Hlm: 223
[5] http://aweygaul.wordpress.com/2012/08/09/percikan-pemikiran-imam-al-ghazali-dalam-pengembangan-pendidikan-islam-studi-kritis-atas-kitab-ayyuh-al-walad/
[6] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung:CV Pustaka Setia, 2009).Hlm: 228
[7] Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Buta Aksara,2004) Hlm : 155
[8] Ibid 159
[9] Abuddin Nata,Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005) Hlm:212
[10] QS. Adz-Dzariyat : 56
[11] Abuddin Nata,Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005) Hlm:212

No comments:

Post a Comment