Pages

Friday, April 24, 2020

Jejak penuntut ilmu

#1
Bulan Ramadhan tiba
Para ulama memberikan kita pelajaran bagaimana menyambut bulan ramadhan
bukan sekedar euforia semata, tapi bagaimana kita bisa memanfaatkan bulan suci ini dengan semakin menumbuhkan keimanan.
ini tulisan pertama saya yang saya post diblog ini berisi tentang jejak rekam saya dalam menuntut ilmu. Sebenarnya ada banyak sekali bahasan dan tulisan menarik yang saya tulis dibuku khusus yang belum pernah saya posting berisi faedah - faedah ilmu yang saya simak dan perhatikan dari guru,ustad dan ulama baik secara langsung maupun streaming.

jika pembaca mendapatkan manfaat dari tulisan saya semua datangnya dari Allah yang memudahkan saya menyusunnya menjadi rangkaian kata bagi para pembaca, jika terdapat banyak kesalahan, jangan sungkan untuk menginformasikan kepada saya, sesungguhnya kesalahan datangnya dari kurangnya keilmuan saya, semoga Allah memberikan ridho untuk saya memahaminya lebih baik lagi.

baiklah langsung keinti pembahasan
Jejak penuntut ilmu....
satu satunya yang saya tau tentang menuntut ilmu ya belajar, baca buku, catet penjelasan dan tingkatan akhir adalah dengan mengajarkannya.
Ada banyak tantangan dan level dalam menuntut ilmu versi saya pribadi kapan-kapan saya bahas diartikel selanjutnya.
Belajar dari para ulama terdahulu yang kita nikmati keilmuannya sampai sekarang, semoga Allah memberikan balasan terbaik bagi mereka, berupa tulisan-tulisan yang sangat bermanfaat tidak hanya selembar dua lembar bahkan berjilid-jilid biidznillah.
Mereka selalu menyempatkan waktu untuk mengkaji apa yang bisa mereka kaji, umumnya pada saat masa kecil mereka habiskan waktunya untuk mempelajari dasar-dasar agama sehingga ketika dewasa mereka bisa fokus untuk menguatkan keilmuan mereka dengan ilmu-ilmu tambahan dan memiliki banyak waktu untuk memetik faedah dari keilmuannya dan menyebarkan kepada orang lain.

pola seperti ini yang masih belum merata diberbagai belahan dunia, sehingga bagaimana kita bisa mengamalkan jika saat dewasa kita baru memulainya. Tulisan ini tidak lantas mengendorkan pembaca yang baru memulai untuk belajar agama.
Please jangan berfikir seperti itu,
sayapun juga mendalami agama dikatagori yang sudah bukan muda lagi
Pembahasan ini merupakan evaluasi bahwa bagaimana kita mengharapkan keimanan kita kuat, agama kita strong, dan menjadi orang yang sholih dan sholilah jika prosesnya kita tunda atau kita ringkas dengan pengorbanan yang hanya apa adanya. Para ulama memulai debut belajar agama dari kecil, adapun mereka-mereka yang baru mendapatkan hidayah mendalami agama diusia yang sudah tidak muda lagi, ada kesungguhan dan pengorbanan dalam jejak menuntut ilmu mereka yang mana menjadikan mereka lebih cepat belajar.

Adapun kita orang yang baru mendalami agama, apakah sudah benar-benar bersungguh-sungguh atau masih suka dengan alasan-alasan klise, sibuklah, gak punya uanglah, malaslah, jauh dll. Yang kalau kita baca rekam jejak ulama dalam menuntut ilmu, rela menjual genteng rumah untuk biaya perjalanan menuntut ilmu, rela shafar berbulan-bulan hanya untuk bisa mendengarkan satu hadits dan masih banyak kisah inspiratif mereka.
Saya pribadi MALU banget... karena saya juga masih sering menggunakan alasan klise diatas,
ya kita sama-sama muhasabah ya.

ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh kita dalam membersamai proses menuntut ilmu dengan memanfaatkan media sosial kita dengan tulisan-tulisan yang bermanfaat. Semisal mempost jadwal-jadwal kajian, menulis faedah ilmu yang kita dapatkan dalam setiap pembelajaran menuntut ilmu, mengajak orang - orang disekitar kita.

Lakukan dan lupakan...
Lakukan semua hal positif yang bisa kita lakukan tanpa tapi
dan lupakan tanpa mengharapkan respon positif,
kita melakukannya hanya untuk Allah



terinspirasi dari kajian streaming Al-Ushul Ats Tsalasah ustad muflih safitra, semoga Allah memberikan balasan surga pada beliau, dan menambahkan keilmuan dan keimanan bagi kami para penuntut ilmu.


Balikpapan, 1 Ramadhan 2020


Sunday, April 19, 2020

Selintas cahaya


Selintas Cahaya

Bayangmu kembali membekap pikiran – pikiran ini
Membuat melayang ke fatamorgana
Tergelitik melanggar azam yang telah terikrar

Cintalah  yang mengobarkan hasrat hati
Mencari tau derap langkah yang kau tuju
Tapi….
 iman begitu kuat memenjarakanku dibalik jeruji  malu

Selintas cahaya
Bagaimana bisa kini sungai nil menjadi alas tidurmu
Dan langit pyramida  menjadi selimutmu
Sedangkan kakiku masih tertahan di tanah melayu

Selintas cahaya
Terkadang egoku  diliputi rasa  cemburu
Pada  gadis-gadis Cleopatra
akankah aku dapat mengganti mata ini dengan mata mereka
Agar mudah bagiku  melihatmu sepanjang masa

Oh Cleopatra
Kau tau
Syair ini takkan mungkin terbang ke kota dimana fir’aun pernah berkuasa
Dimana ada sebuah nama yang kini
berjuang menorobos kejahiliyahan
Dimana ada sebuah nama
yang selalu membekap angan-angan perjumpaan
dan disanalah  sebuah  nama yang tak pernah tau
ada cinta yang  layu sebelum berkembang.
Dialah selintas cahaya….
Cahayanya begitu menyilaukan
Tapi tak dapatku raba

Madura, 12 maret 2014

Rembulan


Rembulan terus bercahaya
Meski malam telah lelap dalam peraduannya
Menemani jemari yang terus menari
walau jiwa telah lama lelah dan payah
Bayangannya menenggelamkan dalam penyesalan yang mendera

Duhai jiwa yang tenang disana
Tataplah mata yang tertunduk dalam doa
Meski tak kau jumpa raganya
Yakinlah semua ini ada.....

Saturday, July 8, 2017

viral gesekan antar Manhaj



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hai Shobat dzikro semuanya
Dikeheningan malam menjelang subuh, tiba-tiba ana teringat postingan di berbagai medsos
tentang ummat Islam dan Manhaj masing-masing.
Ana tertegun melihat beberapa hari terakhir belakangan ini isu gesekan pemikiran antara oknum-oknum yang saling menjelek-jelekkan manhaj lainnya.

Awalnya ana biasa saja dengan beberapa postingan yang wira wiri di beranda medsos ana, 
tapi…..
Lama-lama ana semakin merasa ada APA DENGAN MEREKA?
Sejatinya kita semua ummat Islam pasti menginginkan jalan lurus yang Allah ridhoi, 
dengan manhaj kita mengikuti jalan-jalan para orang – orang bertakwa 
sebelum kita terlahirkan didunia.
Tentunya setiap manhaj punya jalan-jalan yang berbeda 
tapi tujuannya sama yakni menggapai ridho Allah, meninggal masuk surga, menghindari dosa dan menabung pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal diakhirat. Meski gak pakar-pakar amat mengenai ilmu manhaj. 
Kami sebagai para penuntut ilmu tau sekali, perlunya berilmu sebelum berbicara. 
Setelah chek n ricek , 
Mayoritas mereka yang saling menjelek-jelekkan manhaj lainnya 
adalah orang –orang yang belum pernah mempelajari manhaj lainnya 
secara utuh selain manhaj yang dia yakini.

Jadi ketika ada sesuatu yang berbeda dari Manhajnya 
maka dengan mudah oknum-oknum ini akan bereaksi negative.

Ana pun sekali lagi belum tuntas mempelajari manhaj, oleh sebab itu ana pribadi tidak bisa serta merta menanggapi suatu manhaj tanpa pengetahuan tentang manhaj tertentu secara utuh.

Yang ana garis besarkan adalah bukan MANHAJnya, tapi oknum-oknum yang mengatas namakan manhaj tertentu berbuat sesuatu yang jauh dari ajaran ISLAM. 

Ambil hikmahnya aja ya
Suatu ketika ada yang sedang menjelek-jelekkan ulama dari Manhaj lainnya bahkan menjadikannya guyonan karena pengikut ulama tersebut dianggap banyak melakukan ibadah-ibadah yang berlebihan.

Ana tertegun, karena ulama yang dijadikan guyonan ini dalam sejarah yang ana baca adalah Ulama yang mengikuti Al-Qur’an dan Hadits. 
Menurut hemat ana kemungkinan adanya perubahan ajaran dari murid-murid beliau yang sedikit berbeda dan diwariskan turun menurun oleh generasi penerusnya. Sehingga banyak yang beranggapan amal-amal yang dilakukan para pengikutnya saat ini adalah sepenuhnya AJARAN ULAMA tersebut.

Padahal tidak ada yang menjamin seorang murid akan mengikuti ajaran gurunya 100%, Terkadang ada inovasi dan lain-lain yang diwariskan turun temurun.

Oleh sebab itu para ULAMA diberbagai manhaj selalu menyeru PELAJARI ISLAM DARI SUMBERNYA. AL-QUR’AN DAN HADITS
Karena tidak ada yang menyaingi keabsahan 2 sumber itu untuk mengetahui Islam. 
Adapun manhaj sekali lagi adalah bagian dari ikhtiar kita yang awam akan ilmu,
untuk belajar dari orang-orang terdahulu dalam memahami isi dari Al-Qur’an dan Hadits. 
BUKAN taklid buta, atau suudzon membabi buta dengan ajaran manhaj lainnya.

DIzaman yang Alhamdulillah ummat Islam semakin banyak, 
Jalan dakwah terhampar luas, 
referensi buku mengenai Islam bertebaran dipenjuru dunia. 
Dan kita masih disibukkan dengan perbedaan MANHAJ?

Ana tidak bisa membayangkan,
bagaiamana perasaan orang-orang yang memperjuangkan ISLAM
Sampai mengorbankan harta dan darahnya demi tegaknya ISLAM. Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi thalib, Hamzah, Bilal, Muhammad Al-fatih dan masih banyak lagi melihat ummat islam pada saat ini. 
Mereka para mujahid Allah rela berkorban segala-galanya untuk mennyatukan islam kepenjuru dunia.
Malah ummat sekarang sibuk merenggang dengan mengkubu-kubukan diri.

ahhhh sepertinya kita perlu belajar lagi dari sejarah, bagaimana para ulama sholeh memandang perbedaan ini.

Ana pribadi lebih setuju kita focus terhadap mempelajari Qur’an dan Hadits dari sumber – sumber yang memang menjadi rujukan paling shohih. 

Sambil lalu juga mempelajari sudut pandang dari berbagai manhaj agar tidak terjerumus dalam menuhankan LOGIKA. 
Karena  logika terkadang membisikkan kesombongan terhadap akal 
untuk memahami sesuatu cukup dengan AKAL saja. Itulah pentingnya 
BERILMU SEBELUM BERAMAL.
KEEP AMAL KITA DENGAN MENJAGA LISAN, JAGA HATI, JAGA IMAN.
FASTABIQUL KHOIRAT

TAKBIR…….ALLAHU AKBAR. ^_^




Tuesday, July 4, 2017

Melejitkan MINAT




Huaaaaa
Pengen teriak saking kangen nulis
Upsss kelepasan
Sebelum lanjut, kaifa haluk (apa kabar)?
Kalo aku sih ra popo , eits makin gak nyambung
Langsung aja yahhh
Ane mau bagi TIPS
Ane menamakannya “MELEJITKAN Minat dengan lirikan mata”
Bukan main mata loh ya…
Pernah gak sih kalian pengen suka baca, atau pengen ngebiasain minum, atau pengen punya kebiasaan menulis. Tapi gak terealisasikan sampai sekarang.

First time 
yang harus kita perhatikan adalah tata letak buku.
Pengen kita, atau anak2 atau saudara memiliki minat baca
“HARUS MUDAH DIJANGKAU MATA DAN TANGAN”

 MELEJITKAN MINAT MEMBACA
 Punya buku bacaan menarik jangan cuman di taruh dalam lemari, yang berkaca atau tertutup. Taro buku2 edukasi di tempat bermain anak, dan di tempat2 yang mudah dijangkau oleh mata anda dan tangan anda. Kalo ane sih naronya di dekat tempat tidur, dan pastikan juga terbuka tidak ada penutupnya, lalu mau tidur dan bangun selalu liat itu buku dan langsung bisa diambil pake tangan tanpa harus jalan. Kadang gak niat baca, tapi karena liat buku itu berjejer dan mata tanpa sengaja membaca judul2 buku jadilah keinginan membaca timbul sendiri . Alhamdulillah ditengah kesibukan bisa menamatkan 2 hari satu buku, yang biasanya terlantar sampe berbulan2 untuk membacanya hehehe.

      MELEJITKAN MINAT MENULIS
      Sama seperti diatas letakkan faktor-faktor penunjang untuk memancing minat menulis, dan mudah dijangkau mata dan tangan. Kalo ane naro laptop dan alat tulis disamping tempat tidur, jadi setiap ada ide langsung ditulis, dan berusahalah menulis sampai tuntas. Bagus jeleknya tulisan bukan dari seberapa indah yang  kau tulis tapi seberapa sering kemampuan menulismu diasah. Ibarat pisau tumpul yang diasah terus menerus kelak akan menjadi tajam begitu pula tulisan anda.


 MELEJITKAN HIDUP SEHAT

Salah satu faktor hidup sehat adalah dengan sering-sering mengkonsumsi Air putih. Bukan MALES ambil kedapur, menjediakan gelas dan teko untuk stok air di dalam kamar adalah cara yang jitu melejitkan kebiasaan minum (bukan minum2 sampe mabok) minum air putih maksud ane gan. Awalnya emak ane sempat sewot dan berkata “ kayak dapurnya jauh aja, beli teko untuk dikamar”

Heheheheh ampun mak.
Tips yang HARUS DIPERHATIKAN
Gelas yang digunakan haruslah yang ada tutupnya, 
agar terhindar dari debu, 
dan jika ada sisa air yang terlanjur diisi kebanyakan 
dan agan-agan sudah gak sanggup minum bisa ditutup. 
Dan jangan lupa setiap hari diCUCI biar bersih. 
Taro dekat2 tempat tidur agan, semenjak ada siteko biru dan gelas blue 
ane cukup sering minum. 
Karena kalo haus tinggal cuss minum.
bangun tidur langsung minum, 
mau tidur minum, sekarangpun lagi nulis sesekali minum, 
karena lokasinya disamping meja tulis heheheh

Udah segitu aje ya dulu^_^
Maap2 ni kalo ada salah kate
Mumpung masih hawa hawa lebaran
Minal Aidin wal faizin
Mohon Doa Restu eh salah maksudnya mohon maaf lahir dan bathin
SEMOGA BERMANFAAT
See u again for the next ngolor ngidulnya

Thursday, April 21, 2016

mengenal MAN Yogyakarta 1



MAN YOGYAKARTA 1

Alhamdulillah punya kesempatan untuk menemani siswi-siswi study banding ke Yogyakarta
Salah satunya ke sokalah yang dikunjungi yakni madrasah MAN Yogyakarta 1. Buat temen-temen yang pengen tau bagaimana sekolah MAN Yogyakarta atau lagi mencari tau karena pengen masuk sekolah ini. Nih ane bagi-bagi sekilas tentang MAN Yogyakarta 1 ya….
semoga bermanfaat

widiiiih buanyak ya pialanya menandakan MAN Yogyakarta 1 ini sekolahnya para juara heheh liat aja tuh deretan pialanya


Tempat dibawah tangga yang sejatinya kosong juga di penuhi buaaanyak piala lo... wah ide yang bagus tuh untuk memanfaatkan ruang kosong.


Ini dia, lo ane sih sebutnya ruang serbaguna biasanya dipake untuk mengadakan seminar ataupun kegiatan-kegaiatan yang sifatnya formal.






 Perpustakaannya juga gak kalah keren nieh......





Tuesday, January 12, 2016

CARA MERAIH ILMU WAHBI(ILMU LADUNI)




Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran sangatlah menentukan dalam memahami ilmu,berbagai macam model pembelajaran dilaksanankan untuk meraih tujuan yang ideal. Baik dengan terjun kelembaga pendidikan formal maupun non formal, baik menggunakan media guru ataupun otodidak.Lantas bagaimanakah proses terjadinya pemahaman ilmu tanpa adanya pembelajaran sebelumnya seperti ilmu laduni yang menurut sebagian besar masyarakat merupakan ilmu yang didapatkan tanpa melalui proses pembelajaran.
Makalah ini kami susun untuk mengetahui lebih mendalam tentang ilmu laduni yang diabadikan dalam kalamullah QS.Al-Kahfi : 65 dan untuk meneliti lebih seksama cara meraih ilmu tersebut.

   Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut,kita dapat mengambil rumusan masalah,yaitu:
1.      Apa yang dimaksud ilmu laduni QS Al-Kahfi 65
2.      Cara meraih ilmu kasbi (ilmu laduni)

  Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini sebagai ilmu


PEMBAHASAN

A.    Ilmu  laduni menurut QS.Al- Kahfi 65

فَوَجَدَا عَبْداً مِّنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً 
 Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami .

Rahmat disini yang dimaksud ialah kenabian,berdasarkan firman Allah Ta’ala:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat (Nubuwwah)Tuhanmu(Az Zukhruf : 32)
Firman Allah :
وَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّا عِلْماً

Dan yang telah kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi kami ( Al-Kahfi:65)
Banyak ulama yang berbeda pendapat bahwa hamba Allah yang dimaksud di sini adalah salah seorang nabi yang bernama Al – Khidhr.Tetapi riwayat tentang beliau sungguh sangat beragam dan sering kali dibumbui oleh hal-hal yang bersifat irasional .Apakah beliau nabi atau bukan ,dari Bani Israil atau selainnya,masih hidup hingga kini atau telah wafat,dan masih banyak hal lain,kesemuanya,dengan rincian pendapat yang bermacam-macam dapat Anda temukan dalam sekian banyak buku tafsir.[1]
Orang tersebut disebut khidir ,sedang nama aslinya adalah Balya bin Mulkan.Ia digelari dengan nama khidir karena ia duduk diatas kulit binatang yang putih.Ketika tempat itu bergerak,dibelakangnya tampak tumbuhan yang hijau[2]
Agaknya penamaan serta warna itu sebagai symbol keberkahan yang menyertai hamba Allah yang istemewa itu
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa beliau dianugerahi rahmat dan ilmu.Penganugerahan rahmat dilukiskan dengan kata(من عند نا ) min ‘indina sedang penganugerahan ilmu

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM AL-GHAZALI





PENDAHULUAN
Biografi Al-Ghazāli (450 H/1059 M)
Nama lengkap Al-Ghazali adalah Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad ath-Thousy, lahir di kampung Ghazalah, Thusia, salah satu kota di Khurasan, Persia. Sebelum ayahnya  meninggal dunia, Al-ghazali dan adiknya[1] dititipkan kepada seorang sufi (sahabat karibnya). Karena cintanya terhadap ilmu ,ayah al ghazali mewariskan hartanya yang selanjutnya diberikan kepada sufi tersebut untuk biaya pendidikan al-ghazali dan adiknya.”
Akan tetapi hal ini tidak berjalan lama. Harta warisan yang ditinggalkan untuk kedua anak itu habis, sufi yang juga menjalani kecenderungan hidup sufistik yang sangat sederhana ini tidak mampu memberikan tambahan nafkah. Maka al-Ghazali dan adiknya diserahkan ke suatu madrasah yang menyediakan biaya hidup bagi para muridnya. Di madrasah inilah al-Ghazali bertemu dengan Yusuf al-Nassaj, seorang guru sufi kenamaan pada saat itu, dan dari sini pulalah awal perkembangan intelektual dan spiritualnya yang kelak akan membawanya menjadi ulama terkenal di dunia Islam bahkan mendapat gelar Hujjatul Islam dan Zain ad-Dîn.
Pada usia 33 tahun, Al-Ghazali diangkat menjadi Profesor di Universitas Nizhamiyah di Baghdad, dan memperoleh kedudukan tertinggi di dunia ilmu pengetahuan pada masanya..Pada Tahun 448 H Al-Ghazali meninggalkan segala kemahsyuran yang diperolehnya dan keluar dari lingkaran Nazhamiyah menuju Baitul Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Sepulang dari mekkah, Al-Ghazali menuju Damaskus dan menetap dikota damsyik selama sepuluh tahun.
Pada Tahun 499 H, karena desakan penguasa yang bernama Muhammad, Al-Ghazali akhirnya mau kembali mengajar disekolah Nizhamiyah di Naisabur. Akan tetapi hal tersebut hanya mampu bertahan 2 tahun pada akhirnya dia kembali ke kota Thus lagi, dan mendirikan sekolah untuk para fuqaha dan sebuah biara untuk Mutawassifin.Dikota itulah Al-Ghazali menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 505 H/111 M tepat diusianya 54 tahun.[2]



PEMBAHASAN
 Pemikiran Al-Ghazali mengenai Pendidikan
Menurut Al-Ghazali pendidikan merupakan salah satu cara seorang hamba  untuk mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan mahkota kemuliaan. Hal tersebut tertuang dalam kata bijak yang pernah dinyatakannya,
“selama ilmu itu dimiliki seorang itu lebih banyak dan lebih sempurna, maka seharusnya ia menjadi lebih dekat kepada Allah”.[3]
Adapun pendidikan dalam dunia sosial dapat memajukan kehidupan sosial manusia agar lebih bermartabat, sebab itu dia menegaskan “bahwa tinggi rendahnya kehidupan manusia sangat ditentukan oleh sifat penguasaan ilmu pengetahuan”.[4]
Al-Ghazali sangat percaya pendidikan sangat bermanfaat bagi pelakunya dengan rumusan, pendidikan harus mengedepankan pembersihan jiwa dari noda-noda akhlak dan sifat tercela, sebab “ilmu itu merupakan ibadah hati shalatnya nurani dan pendekatan jiwa menuju Allah”
Dari penjabaran diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa gaya pemikiran Al-Ghazali cenderung ke sufistik dan lebih banyak bersifat rohaniah, karena berdasarkan analisisnya ciri khas pendidikan islam lebih fokus pada penanaman nilai moralitas yang dibangun dari cabang-cabang akhlak islam.[5]
 Dalam kitab Mizan Al-A’mal, Al-Ghazali menjelaskan dua cara memperoleh ilmu dalam pendidikan yaitu dengan cara 1. pengilhaman dari Tuhan atau biasa yang kita kenal dengan ilmu Laduni, 2. Dengan cara belajar.
Pemikiran Imam Al-Ghazali mengenai urgentnya pendidikan terdiri dari 5 aspek utama[6], yakni:
1.     Pendidikan dalam aspek kerohanian (keimananan)
2.     Pendidikan dalam aspek prilaku (akhlak)
3.     Pendidikan dalam aspek pengembangan (intelektualitas dan kecerdasannya)
4.     Pendidikan dalam aspek social-engineering (rekayasa sosial)
5.     Pendidikan dalam aspek biologis manusia atau kejasmaniahan

Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam menurut Al-Ghazali
1.     Dasar Pendidikan Islam
Bagi Al-Ghazali yang telah banyak menghabiskan hidup di dalam dunia pendidikan menjabarkan dasar dari pendidikan islam adalah”menyatukan konsep ilmu dengan dua energy manusia yakni akal dan hati, sedangkan indra lebih banyak menimbulkan kebimbangan. Menurutnya semua ilmu harus berujung pada ilmu yang meyakinkan”,pendapat tersebut hampir selaras dengan Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasy dalam bukunya “Dasar-dasar pendidikan Islam”[7], yang seyogyanya pendidikan terdiri dari komposisi campuran ilmu akal dan ilmu hati yang dijadikan satu dalam pendidikan agama sehingga pendidikan ditujukan untuk mendidik akhlak dan jiwa.

2.     Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan adalah suasana ideal yang harus diwujudkan. Dalam tujuan pendidikan, suasana yang ideal akan nampak pada tujuan akhir [8].Seperti yang telah dikemukakan oleh Al-Ghazali mengeai tujuan pendidikan ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah bukan untuk mencari uang atau pekerjaan seperti budaya yang sudah mentradisi di lubung-lubung niat para penuntut ilmu di zaman ini.
 Pada hakikatnya “Hasil dari ilmu sesungguhnya akan mendekatkan manusia kepada Allah, Tuhan pemilik seluruh alam dan dengan ilmu manusia mendapatkan penghormatan secara naluri” selaras dengan pendapatnya dapat dijabarkan bahwa tujuan pendidikan terbagi menjadi 2 yakni:
a.     Tujuan jangka pendek
Tujuan pendidikan jangka panjang ialah pendekatan diri kepada Allah. Pendidikan dalam prosesnya harus mengarahkan manusia menuju jalur-jalur pendekatan diri kepada Tuhan pencipta alam. Dapat disimpulkan bahwa semakin lama seseorang duduk dibangku pendidikan semakin bertambah ilmu pengetahuannya, maka semakin mendekat kepada Allah.
b.     Tujuan Jangka Pendek
Menurut Al-Ghazali , tujuan jangka pendek ialah diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT, akan dapat menyembabkan timbulnya kedengkian, kebencian dan permusuhan.[9] Pemikiran tersebut didasari oleh dalil:
. وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah aku jadikan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepada-ku”[10]
Dari pengambilan dalil diatas sebagai dasar menentukan tujuan pendidikan, Hal itu yang menyebabkan  Al-Ghazali memandang dunia ini bukan merupakan hal yang pokok, tidak abadi dan rusak ,sedangkan maut dapat memutuskan kenikmatan serta setiap saat  akan selalu mengintai manusia.[11]
 Karena baginya orang yang berakal sehat ialah orang yang menggunakan dunia untuk tujuan akhirat, sehingga dengan seperti itu manusia mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah. Akan tetapi Al-Ghzali tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan dunia itu hanyalah sebgai alat. Yakni alat atau sarana untuk menjembatani manusia agar dapat lebih dekat kepada Allah.
3.     Materi Pendidikan Islam
  Secara tradisional materi berarti mata pelajaran yang diberikan kepada anak didik untuk menanamkan sejumlah pengetahuan agar mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Pandangannya tentang materi pendidikan islam dapat dipahami dari pandangannya tentang ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan kepada yang terlarang dan yang wajib dipelajari oleh anak didik menjadi tiga kelompok yaitu:
a.        Ilmu tercela, banyak atau sedikit ilmu ini tidak ada manfaatnya bagi manusia di dunia maupun di akhirat, misalnya ilmu sihir, ilmu nujum, dan ilmu perdukunan. Bila ilmu ini dipelajari akan membawa mudarat dan akan meragukan terhadap adanya Allah. Oleh karena itu, ilmu ini harus dijauhi
b.        Ilmu yang terpuji, banyak atau sedikit. Misalnya ilmu tauhid dan ilmu agama. Ilmu ini bila dipelajari akan membawa seseorang kepada jiwa yang suci bersih dari kerendahan dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah.
c.         Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh diperdalam, karena ilmu ini dapat membwa kepada kegoncangan iman dan ilhad (meniadakan Tuhan) seperti ilmu filsafat.
Dari ketiga kelompok tersebut, Al-Ghazali membagi lagi ilmu tersebut menjadi dua kelompok ilmu dilihat dari segi kepentingannya, yaitu:
1)     Ilmu yang wajib (fardlu) yang diketahui oleh semua orang, yaitu ilmu agama, ilmu yang bersumber kepada kitab Allah.
2)     Ilmu yang hukum memepeljarinya fardlu kifayah, yaitu ilmu yang digunakan untuk memudahkan urusan duniawi, seperti ilmu hitung, ilmu kedokteran, ilmu teknik , ilmu pertanian, dan industry.
Selanjutnya yang menjadi titik perhatian Al-Ghazali  dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah ilmu pengetahuan yang digali dari kandungan Al-Qur’an, Karena ilmu model ini akan bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Karena dapat menenangkan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dapat disimpulkan bahwa corak pendidikan yang dikembangkannya dipengaruhi pandangan tasawuf dan fiqih. Hal ini tidak mengherankan karena konsp pendidikan yang dikemukakannya nampak selain sistematik dan komprehensif juga secara konsisten sejalan dengan sikap dan kepribadiannya sebagai seorang sufi.

4.     Metode dan Media
   Dalam proses pengajaran Al-ghazali, terdapat tiga metode yang diterapkan dalam pembelajaran. Metode tersebut tersusun sistematis dalam  Psikologis, Sosiologis dan Pragmatis yang di tujukan dalam rangka keberhasilan pembelajaran.
  Dalam Pembelajaaran Al-Ghazali bahwa metode yang digunakan misalnya Metode Mujahadah dan Riyatlah, Pendidikan praktek kedisiplinan, Pembiasaan, penyajian dalil naqli dan aqli serta bimbingan nasihat.

Pemikiran diatas dalam era modern sekarang menjadi hal yang penting kembali untuk dilakukan , Disamping untuk memadukan metode dan media yang modern, Sehingga akan tercipta kelas Ideal dalam pembelajaran. Kebanyakan yang kita lihat sekarang pendidik jarang memadukan metode dan media dalam pembelajarannya.
Lebih bersifat menonton dan hal itu membuat siswa merasa jenuh dan bosan sehingga pembelajaran yang terjadi tidak ada interaksi yang baik, serta cenderung menurunkan gairah dan hasil belajar siswa itu sendiri. Maka Pendidik sekarang perlu mengubah pola pikirannya dalam menerapkan metode dan media pembelajaran yang untuk saat ini semakin mudah mendapatkan informasi dan alatnya.


    KESIMPULAN
                   Menurut Al-ghazali pendidikan merupakan sarana manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui jalur ilmu pengetahuan.
Dengan ilmu pengetahuanlah manusia dalam kehidupan sosialnya memiliki derajat. Pada hakikatnya pendidika memiliki berbagai macam tujuan, akan tetapi menurut al-ghazali yang memiliki pemahaman sufistik memfokuskan segala tujuan kesudut ibadah kepada Allah.
                   Hal ini nampak terlihat dari pandangannya mengenai materi pendidikan yang menggandeng antara akal hati dan akhlaq sebagai kesatuan dalam proses pembelajaran.
Pendidikan dimatanya tidak hanya sekedar pemberian ilmu tapi lebih ke efek dari pemberian ilmu tersebut.oleh sebab itu metode yang digunakannya pun memadukan 3 unsur yakni Psikologis, Sosiologis dan Pragmatis, sehingga terwujudnya pendidikan yang ideal.

MAKALAH
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
 AL-GHAZALI
Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester materi Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing : Khairul Umam M.Pd
                                        
Oleh:
SILVY EL ROMLAH
Tarbiyah/Pendidikan Bahasa Arab
Semester: 3
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN(IDIA)
PRENDUAN SUMENEP MADURA

2012-2013

DAFTAR PUSTAKA
3.     http://aweygaul.wordpress.com/2012/08/09/percikan-pemikiran-imam-al-ghazali-dalam-pengembangan-pendidikan-islam-studi-kritis-atas-kitab-ayyuh-al-walad
4.     Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
5.       al-Ghazali , Abu Hamid. 1991. Ihya ‘Ulum al-Din juz 1.Beirut: Dar al-Fikr.
6.     Nasution, Hasyhmsyah. 2002. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
7.     Zuhairini dkk. 2004.  Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Buta Aksara.
8.     Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.




[1] Al-ghazali mempunyai adik yang bernama Ahmad keduanya menjadi ulama besar dan pengagum serta pencinta ilmu
[2] Abu Hamid al-Ghazali. Ihya ‘Ulum al-Din (Beirut: Dar al-Fikr, 1991).Hlm: 3
[3] http://ainuly90.blogspot.com/2012/04/tokoh-pemikiran-pendidikan.html
[4] Hasan Basri,Filsafat Pendidikan Islam(Bandung: CV Pustaka Setia,2009). Hlm: 223
[5] http://aweygaul.wordpress.com/2012/08/09/percikan-pemikiran-imam-al-ghazali-dalam-pengembangan-pendidikan-islam-studi-kritis-atas-kitab-ayyuh-al-walad/
[6] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung:CV Pustaka Setia, 2009).Hlm: 228
[7] Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Buta Aksara,2004) Hlm : 155
[8] Ibid 159
[9] Abuddin Nata,Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005) Hlm:212
[10] QS. Adz-Dzariyat : 56
[11] Abuddin Nata,Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005) Hlm:212