Pages

Monday, January 11, 2016

Hellenisme dan Peripatetic

MAKALAH
HELLENISME DAN PERIPATETIC
Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester materi Filsafat Islam
Dosen Pembimbing : Encung Hariyadi, M.Fil.I
 Oleh:
SILVY EL ROMLAH
Tarbiyah/Pendidikan Bahasa Arab
Semester: 3
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN(IDIA)
PRENDUAN SUMENEP MADURA
2012-2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Penaklukan yang dilakukan oleh Alexander mengakibatkan penyebaran  hellenisme  dan peripatetic yang berasal dari Yunani ke daerah – daerah  muslim yang ditaklukannya.Akan tetapi respon  masyarakat muslim memiliki keberagaman, sebagian dari mereka  berpendapat negatif pada fenomena tersebut dan sebagian lain khususnya para filosof memanfaatkan fenomena ini dengan  menggabungkan kebudayaan yunani dengan kebudayaan.

B.    Rumusan Masalah
1.   Pengertian Hellenisme dan Paripatetic
2.   Sejarah Hellenisme dan Paripatetic
3.   Tokoh-tokoh besar Hellenistik dan Paripatetic
C.    Tujuan Masalah
Tujuan dibuatnya makalah ini ialah sebagai media peningkatan ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang Filsafat Islam bagi penulis dan pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hellenisme
1.     Pengertian Hellenis
Istilah Helenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa Yunani kuno hellenizein yang berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani”
Istilah Hellenistik mulai digunakan abad ke 19 oleh sejarawan Jerman Droysen. Untuk memudahkan pengertian periode Hellenisme, memberikan definisi bahwa periode Hellenistik dapat dimulai sejak meninggalnya Aristoteles sampai mulai berkembangnya agama Kristen.[1]
Penggunaan Istilah Hellenisme[2]:
a.   Helenisme Klasik: Yaitu kebudayaan Yunani yang berkembang pada abad ke-5 dan ke-4 SM.
b.   Helenisme Umum: Istilah yang menunjuk kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia Kecil, Syiria, Mesopotamia, dan Mesir yang lebih tua.
2.     Sejarah Hellenisme
Pemikiran Hellenisme berkembang sekitar abad kelima sampai ke enam sebelum masehi. Penyebaran hellenisme tersebut meliputi daerah-daerah asia, syiria, mesopotamia dan mesir, yang merupakan wilayah kekuasaan kaisar alexsander agung.
             Ajaran hellenisme juga di kenal sebagai kebudayaan athena yang berkemabang pada masa Pericles (pericles age).
Hellenisme yang di hubungkan dengan pemikiran keagamaan di sebut sebagai  hellenisme politheis  yaitu suatu keyakinan adanya banyak tuhan yang di akui dan di sembah pada masa itu. Sedangkan yang di maksud denbgan filsafat hellenistik adalah roh dan kebudayaan yunani, dimana roh dan kebudayaan itu memberikan pengaruh pada berbagai  bangsa di luar yunani tepatnya disekitar laut tengah. Pengaruh tersebut berupa perubahan di bidang kesustraan, agama, dan peradaban.
Periode hellenistik mulai tahun 232-330 sebelum masehi, dengan di tandai adanya peralihan pemikiran filsafat. Perubahan itu adalah dari filsafat yang teoritis menjadi filsafat praktis.
            Hellenisme atau hellenismos berasal dari bahasa yunani yang di gunakan oleh bangsa romawi, julian untuk menghidupkan kembali tradisi keagamaan yunani berserta kebudayaan-kebudayaannya.
 Pandangan Masyarakat Muslim terhadap Fenomena Hellenis
Dunia Hellenistik muncul sebagai tanda lahirnya sebuah kekacauan yang diakibatkan penyerangan dan penaklukan bangsa Romawi atas wilayah-wilayah yang menjadi basis perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat, seperti Mesir, Persia, Babilonia, Samarkand dan Yunani[3]. Hal ini berdampak pada kehidupan masyarakat muslim yang mempunyai berbagai Sudut pandang dalam  mengahadapi fenomena ini, adapun para pemikir kemudian berpaling dari ranah kesucian pengetahuan keranah pengabdian kekuasaan. Akan tetapi setelah beberapa abad lamanya pasca hellenistik muncul masyarakat muslim cendrung berkehendak menciptakan iklim intelektual yang bebas dari konsep matrealisme.
3.     Fase Perubahan
Lahirnya islam sebagai agama perubahan yang dibawa oleh Rasulullah dengan gagasan teologis dan segmentasi pemikiran filsafat berubah arah. Konbinasi gagasan keagamaan menjadi system berfikir yang kearifan konsepnya justru terbangun atas dasar kehendak agama. Terrjadinya fase perubahan antara pandangan agamis yang murni datang dari gurun pasir atas gagasan yunani yang terjadi akibat penaklukan – penaklukan Alexander mengakibatkan kaum muslim mengalami situasi berfikir logis yang memadukan antara perpaduan tradisi hellenistik dengan ajaran islam hal ini berdampak pada pengenalan peradaban Islam dan non Islam.
4.     Tokoh – tokoh besar hellenisme
§  Socrates (abad 470-400 sebelum masehi)
Socrates sebenarnya tidak menghasilkan tulisan, namun ia banyak menjelaskan berbagai macam pemikiran yunani.
§  Plato (abad 428-343 sebelum masehi)
Plato adalah seorang alim yang mengajarkan berbagai manusia dapat menjadi bahagia berkat pengetahuan tentang hal-hal yang baik. Ajaran plato ini lebih merupakan perkawinan dari pemikiran parmenides dan heraklitos, yang dalam dunia ide segala sesuau sifatnya abadi sedang dalam dunia nyata tidak ada sesuatupun yang abadi karena semua itu selalu  berubah.filsafat plato lebih bersifat khayalan dari pada kenyataan.
§  Aristoteles (abad 384-322)
Didalam dunia filsafat Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika. Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut logika modern logika ini sering disebut juga logika formal[4].
Aristoteles mempunyai alur pemikiran filsafat yang sangat sistematis. Menurutnya setiap benda terdiri dari dua unsur yang tidak terpisahkan yaitu materi (hyle) dan bentuk (morfe)
            Pada perkembangan berikutnya, para filsuf yunani mulai berpikir tentang institusi. Di institusi tersebut, mereka mengajarkan dan menyebarluaskan pemikiran-pemikirannya secara lebih sistematis dan resmi. Bukti perkembangan penyebarluasan pemikirannya adalah didirikannya sekolah filsafat. Dua diantaranya menjadi sangat mashur karena pemikiran originalitas dan sistem pendidikannya sangat baik.
1.               Pikurisme
Tokoh ajaran epikurisme adalah epikuros. Ajarannya adalah bahwa anatonisme-demokrotos menjamin kebahagiaan manusia terlepas dari ketakutan terhadap hukum-hukum dari para dewa-dewa. Segala sesuatu di dunia initerdiri atas atom-atom yang bergerak, bertabrakan sehingga menimbulkan pusaran. Jagat raya ini berserrta semua isinya berada di luar campur tangan para dewa. Menurut ajarannya, manusia harus dapart mencapai kenikmatan dunia (hedon). Kenikmatan hidup itu baru tercapai apabila ada ketenangan batin (ataraxia). Ketenangan batin itu sering kali gagal di peroleh manusia, tidak lain karena manusia selalu di ancam oleh rasa takut kepada dewa.
2.               Stoicisme
Tokoh stoicism adalah zeno. Ajarannya adalah bahwa jagad raya ini di tentukan oleh suatu kekuasaan yang di sebut rasio. Kebahagiaan dan kebijaksanaan dapat di capai apabila manusia bertindak sesuai dengan rasionya. Pencapaian ketenangan batin dalam ajaran stoicisme ini disebut apatheian
3.   Neoplatonisme.
Pada intinya ajaran neplatoisme mengajak kembali berpikir ke era plato dulu. Dalam ajaran ini antara lain di sebut tujuan hidup ialah mencapai kesenangan. Kesenangan hidup ini bukanlah memuaskan nafsu di dunia ini. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang nilai barang-barang yang di tuju. Di bawah ide kebaikan, orang harus mencapai terlaksananya keadilan dalam pergaulan hidup. Apa yang baik bagi perorangan, baik pula bagi masyarakat. Antara kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat tidak boleh ada pertentangan
B.    Peripatetic
a.     Pengertian Peripatetic
Istilah peripatetic muncul sebagai sebutan bagi pengikut Aristoteles. Secara historis, Aristotelianisme terbagi ke dalam tiga periode: pertama, peripatetik masa-masa awal yang dimulai sejak Aristoteles hingga meninggalnya Strato (322 – 270 SM); Kedua, sejak Strato sampai Andronicus (270 – ..SM); Ketiga, periode pasca Andronicus dan generasi berikutnya yang mengedit dan mengomentari karya-karya Aristoteles.[5]
b.     Gagasan Penting Paripatetic
Filsafat islam yang bercorak hellenis mencoba memadukan tradisi peripatetic awal yang diusung oleh tiga filsuf besar terdahulu, Socrates, Plato dan Aristoteles dengan perpaduan neo platonic yang telah diretas jalannya oleh plotinosdi era hellenistik. Di tangan para filsuf Muslim, peripatetisme (masysya’iyyah) mengalami perluasan objek pembahasan, tidak terbatas hanya pada Aristotelianisme. Hossein Nasr mengatakan, prripatetisme (masysya’iyyah) merupakan sintesa antara ajaran-ajaran Islam, Aristotelianisme dan Platonisme, Hal ini berbanding lurus dengan gagasan filsafat islam dengan tradisi peripatetic dengan titik pradabannya yang terbangun jauh setelah lahirnya dunia helenistic yaitu pandangan dunia atas dominasi mistis irasioanl dan pandangan rasional dalam bingkai yang menerangkan arti penting pemikiran dalam diri individu pemeluknya.Yang merupakan bagian penting dari peripatetic.
c.      Tokoh-tokoh Besar Peripatetic
1.    Al-Kindi(Lahir 801-873 M)
Nama Lengkap Abu Yusuf, yakub Ibnu Ishak al-sabah, Ibnu Imran, Ibn Al-Asha’ath, Ibnu Kays al-Kindi. Al Kindi di dunia Barat terkenal dengan nama alkindus.[6]
Seorang  filsuf muslim awal bagian timur, perintis jalan persatuan agama dan filsafat, wahyu dan akal, sehingga kebenaran dalam konsep al-Kindi selalu memiliki dua sisi naqliyah dan aqliyah. Al- Kindi terkenal sebagai orang yang merintis lahirnya filsafat peripatetic dan berupaya untuk mengkonbinasikan watak agama dan filsafat dalam spectrum logika, oleh karenanya  fikir filosofis yang disistimatiskan oleh al-kindi sarat dengan perpaduan antara pemikiran islam dan filsafat. Seperti lahirnya pembahasan hubungan antara keesaan Tuhan dan penciptaan-Nya, keserbaragaman dunia dan possisi wahyu diantara akal.
Al Kindi mengarahkan filsafat Muslim kearah kesesuaian antara filsafat dan agama. Filsafat berdasarkan akal pikiran sedangkan agama berdasarkan wahyu. Logika merupakan metode filsafat sedangkan iman yang merupakan kepercayaan kepada hakikat-hakikat yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagaimana diwahyukan Allah kepada nabi-Nya, meupakan jalan agama.[7]
Kedudukan Akal dan Wahyu
Kedudukan Akal dan Wahyu baginya ialah akal sebagai alat untuk menyatakan kebenaran pengetahuan yang berasal dari Tuhan(wahyu). Akal manusia bersifat passif tidak sampai pada pengetahuan wahyu. Al-Kindi berpendapat bahwa menurutnya pengetahuan para nabi yang diperoleh dengan wahyu lebih menyatakan kebenarannya daripada pengatahuan para filosof yang hanya menggunakan akal.
2.    Al-Farabi(870-950 M)
Abunasr Muhammad Al- Farabi adalah seorang tabib yang kenamaan, seorang ahli ilmu pasti dan seorang filsuf yang ulung. Ia juga terkenal sebagai seorang ahli dalam bahasa-bahasa Yunani, Arab, Parsi, Suria, dan Turki. Beliau melebihi al-Kindi baik memberi penjelasan dan tafsir umum maupun dalam menerjemahkan dan menyusun kembali dari sisi kitab-kitab filsafat Yunani. Dengan demikian maka beliau dianggap sebagai yang paling terpelajar dan tajam dari komentator karya Aristoteles[8].
 Ia juga merupakan pemikir muslim yang singkretis, melanjutkan ide-ide filosofis al- Kindi dengan merekonsiliasi pemikiran-pemikiran filosofis plato dan arestoteles, sehingga diksi populernya adalah hakikat kebenaran tunggal dalam filsafat walaupun dalam perbedaan metode analisis penguraian hakikat kebenaran itu. Dan dalam gagasan ketuhanan yang diusung al-Farobi memadukan konsep arestoteles dan new platonic yakni almaujud dan al awwal, dan diperoleh dua kebenaran wajibul wujud dan mumkinul wujud. Al-Farobi dikenal dalam lanscap pemikiran filsafat islam sebagai perintis  integrasi agama dan filsafat dalam konsep pengetahuan yang kemudian lahir menjadi integritas ilmu pengetahuan yang memasukan didalamnya pembahasan hirarki keonseptual agama dalam gagasan keilmuan. Dalam buku terkenalnya fi insa al ulum (perhitungan ilmu pengetahuan) Beliau mencoba nmengklasifikasikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan mencari keterkaitan antara satu rumpun keilmuan dengan yang lainnya. Selai nitu al-Farabi lebih dikenal sebagai lentera yang menerangi gagasan filsafat islam peripatetic walaupun al-kindi juga berada didalamnya.
Kebenaran Tunggal
Kebenaran tunggal yang dimaksud al-farabi yaitu antara agama dengan filsafat keduanya mengacu pada kebenaran yang satu (tunggal) meskipun cara memperoleh kebenaran itu berbeda antara satu dengan lainnya.

BAB III
KESIMPULAN
Dari penjabaran makalah ini dapat disimpulkan bahwa Hellenisme merupuakan tradisi yunani yang dibawa oleh Alexander dan berkembang di daerah-daerah penaklukannya. Hellenisme mendapat berbagai macam tanggapan dari kaum muslim pada era itu, diantaranya berpalingnya para pemikir dari ranah kesucian pengetahuan keranah pengabdian kekuasaan. Akan tetapi setelah beberapa abad lamanya pasca hellenistik muncul masyarakat muslim cendrung berkehendak menciptakan iklim intelektual yang bebas dari konsep matrealisme. Adapun tokoh-tokoh besar dibalik berkembangnya Hellenisme ialah :     
1.               Socrates (abad 470-400 sebelum masehi)
2.               Plato (abad 428-343 sebelum masehi)
3.               Aristoteles (abad 384-322)
Filsafat yang bercorak Hellenisme mencoba memadaukan tradisi peripatetic awal yang diusung 3 filsuf diatas. Sehingga corak Filsafat Islam sangat terasa rasionalisme dan irasionalisme berdasarkan rujukan tokoh yang melatar belakangi lahirnya filsafat islam itu, diantara tokoh tersebut ialah Al-Kindi (lahir 801 M) dan Al-Farabi(Lahir 870 M).

:

DAFTAR PUSTAKA

§             http://.gravatar: filsafat peripatetic.com
§             http:// Gentong Edukasi: Zaman Helenisme dalam Filsafat Yunani Kuno.com
§              http:// para-filsuf-jaman-hellenistis-jaman.memancar.blogspot.com
§             Tafsir, Ahmad.2010. Filsafat Umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
§              Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
§             Hariyadi, Encung.Silabi Filsafat Islam
  • Sudarsono.2004. Filsafat Islam. Jakarta: PT Rineka cipta






[1] http:// Gentong Edukasi: Zaman Helenisme dalam Filsafat Yunani Kuno.com
[2] http:// para-filsuf-jaman-hellenistis-jaman.memancar.blogspot.com
[3] Encung Hariyadi: Silabi Filsafat Islam
[4] Ahmad  Tafsir.. Filsafat Umum (PT Remaja Rosdakarya  : Bandung. 2010) Hlm: 58
[5] http://.gravatar: filsafat peripatetic.com
[6] Sudarsono. Filsafat Islam(PT Rineka cipta:  Jakarta 2004) Hlm :21
[7] Dedi Supriyadi.Pengantar Filsafat Islam(CV Pustaka Setia: Bandung.2009) Hlm :62
[8] Sudarsono. Filsafat Islam(PT Rineka cipta:  Jakarta 2004) Hlm: 31

No comments:

Post a Comment