MAKALAH
HELLENISME
DAN PERIPATETIC
Disusun
untuk memenuhi tugas akhir semester materi Filsafat Islam
Dosen
Pembimbing : Encung Hariyadi, M.Fil.I
Oleh:
SILVY
EL ROMLAH
Tarbiyah/Pendidikan
Bahasa Arab
Semester:
3
INSTITUT
DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN(IDIA)
PRENDUAN
SUMENEP MADURA
2012-2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Penaklukan
yang dilakukan oleh Alexander mengakibatkan penyebaran hellenisme dan peripatetic yang berasal dari Yunani ke
daerah – daerah muslim yang
ditaklukannya.Akan
tetapi respon masyarakat muslim memiliki
keberagaman, sebagian dari mereka
berpendapat negatif pada fenomena tersebut dan sebagian lain khususnya
para filosof memanfaatkan fenomena ini dengan
menggabungkan kebudayaan yunani dengan kebudayaan.
B.
Rumusan Masalah
1. Pengertian
Hellenisme dan Paripatetic
2. Sejarah
Hellenisme dan Paripatetic
3. Tokoh-tokoh
besar Hellenistik dan Paripatetic
C. Tujuan
Masalah
Tujuan
dibuatnya makalah ini ialah sebagai media peningkatan ilmu pengetahuan dan
pemahaman tentang Filsafat Islam bagi penulis dan pembaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hellenisme
1.
Pengertian
Hellenis
Istilah
Helenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa Yunani kuno
hellenizein yang berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani”
Istilah Hellenistik mulai digunakan abad
ke 19 oleh sejarawan Jerman Droysen. Untuk memudahkan pengertian periode
Hellenisme, memberikan definisi bahwa periode Hellenistik dapat dimulai sejak
meninggalnya Aristoteles sampai mulai berkembangnya agama Kristen.[1]
Penggunaan
Istilah Hellenisme[2]:
a.
Helenisme
Klasik: Yaitu kebudayaan Yunani yang berkembang pada abad ke-5 dan ke-4 SM.
b.
Helenisme Umum:
Istilah yang menunjuk kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani
dan budaya Asia Kecil, Syiria, Mesopotamia, dan Mesir yang lebih tua.
2.
Sejarah
Hellenisme
Pemikiran Hellenisme berkembang sekitar
abad kelima sampai ke enam sebelum masehi. Penyebaran hellenisme tersebut
meliputi daerah-daerah asia, syiria, mesopotamia dan mesir, yang merupakan
wilayah kekuasaan kaisar alexsander agung.
Ajaran hellenisme juga di kenal sebagai
kebudayaan athena yang berkemabang pada masa Pericles (pericles age).
Hellenisme yang di hubungkan dengan
pemikiran keagamaan di sebut sebagai hellenisme
politheis yaitu suatu keyakinan
adanya banyak tuhan yang di akui dan di sembah pada masa itu. Sedangkan yang di
maksud denbgan filsafat hellenistik adalah roh dan kebudayaan yunani,
dimana roh dan kebudayaan itu memberikan pengaruh pada berbagai bangsa di luar yunani tepatnya disekitar laut
tengah. Pengaruh tersebut berupa perubahan di bidang kesustraan, agama, dan
peradaban.
Periode hellenistik mulai tahun 232-330
sebelum masehi, dengan di tandai adanya peralihan pemikiran filsafat. Perubahan
itu adalah dari filsafat yang teoritis menjadi filsafat praktis.
Hellenisme atau hellenismos berasal
dari bahasa yunani yang di gunakan oleh bangsa romawi, julian untuk
menghidupkan kembali tradisi keagamaan yunani berserta
kebudayaan-kebudayaannya.
Pandangan Masyarakat Muslim terhadap Fenomena
Hellenis
Dunia Hellenistik muncul sebagai tanda
lahirnya sebuah kekacauan yang diakibatkan penyerangan dan penaklukan bangsa
Romawi atas wilayah-wilayah yang menjadi basis perkembangan ilmu pengetahuan
dan filsafat, seperti Mesir, Persia, Babilonia, Samarkand dan Yunani[3].
Hal ini berdampak pada kehidupan masyarakat muslim yang mempunyai berbagai
Sudut pandang dalam mengahadapi fenomena
ini, adapun para pemikir kemudian berpaling dari ranah kesucian pengetahuan
keranah pengabdian kekuasaan. Akan tetapi setelah beberapa abad lamanya pasca
hellenistik muncul masyarakat muslim cendrung berkehendak menciptakan iklim
intelektual yang bebas dari konsep matrealisme.
3.
Fase
Perubahan
Lahirnya islam sebagai agama perubahan
yang dibawa oleh Rasulullah dengan gagasan teologis dan segmentasi pemikiran
filsafat berubah arah. Konbinasi gagasan keagamaan menjadi system berfikir yang
kearifan konsepnya justru terbangun atas dasar kehendak agama. Terrjadinya fase
perubahan antara pandangan agamis yang murni datang dari gurun pasir atas
gagasan yunani yang terjadi akibat penaklukan – penaklukan Alexander
mengakibatkan kaum muslim mengalami situasi berfikir logis yang memadukan
antara perpaduan tradisi hellenistik dengan ajaran islam hal ini berdampak pada
pengenalan peradaban Islam dan non Islam.
4.
Tokoh
– tokoh besar hellenisme
§ Socrates (abad 470-400 sebelum masehi)
Socrates
sebenarnya tidak menghasilkan tulisan, namun ia banyak menjelaskan berbagai
macam pemikiran yunani.
§ Plato (abad 428-343 sebelum masehi)
Plato
adalah seorang alim yang mengajarkan berbagai manusia dapat menjadi bahagia
berkat pengetahuan tentang hal-hal yang baik. Ajaran plato ini lebih merupakan
perkawinan dari pemikiran parmenides dan heraklitos, yang dalam dunia ide
segala sesuau sifatnya abadi sedang dalam dunia nyata tidak ada sesuatupun yang
abadi karena semua itu selalu
berubah.filsafat plato lebih bersifat khayalan dari pada kenyataan.
§ Aristoteles (abad 384-322)
Didalam
dunia filsafat Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika. Logikanya disebut logika
tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut logika modern logika
ini sering disebut juga logika formal[4].
Aristoteles
mempunyai alur pemikiran filsafat yang sangat sistematis. Menurutnya setiap
benda terdiri dari dua unsur yang tidak terpisahkan yaitu materi (hyle) dan
bentuk (morfe)
Pada perkembangan berikutnya, para
filsuf yunani mulai berpikir tentang institusi. Di institusi tersebut, mereka
mengajarkan dan menyebarluaskan pemikiran-pemikirannya secara lebih sistematis
dan resmi. Bukti perkembangan penyebarluasan pemikirannya adalah didirikannya
sekolah filsafat. Dua diantaranya menjadi sangat mashur karena pemikiran
originalitas dan sistem pendidikannya sangat baik.
1.
Pikurisme
Tokoh
ajaran epikurisme adalah epikuros. Ajarannya adalah bahwa anatonisme-demokrotos
menjamin kebahagiaan manusia terlepas dari ketakutan terhadap hukum-hukum dari
para dewa-dewa. Segala sesuatu di dunia initerdiri atas atom-atom yang
bergerak, bertabrakan sehingga menimbulkan pusaran. Jagat raya ini berserrta
semua isinya berada di luar campur tangan para dewa. Menurut ajarannya, manusia
harus dapart mencapai kenikmatan dunia (hedon). Kenikmatan hidup itu baru
tercapai apabila ada ketenangan batin (ataraxia). Ketenangan batin itu sering
kali gagal di peroleh manusia, tidak lain karena manusia selalu di ancam oleh
rasa takut kepada dewa.
2.
Stoicisme
Tokoh
stoicism adalah zeno. Ajarannya adalah bahwa jagad raya ini di tentukan oleh
suatu kekuasaan yang di sebut rasio. Kebahagiaan dan kebijaksanaan dapat di
capai apabila manusia bertindak sesuai dengan rasionya. Pencapaian ketenangan
batin dalam ajaran stoicisme ini disebut apatheian
3.
Neoplatonisme.
Pada
intinya ajaran neplatoisme mengajak kembali berpikir ke era plato dulu. Dalam
ajaran ini antara lain di sebut tujuan hidup ialah mencapai kesenangan.
Kesenangan hidup ini bukanlah memuaskan nafsu di dunia ini. Kesenangan hidup
diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang nilai barang-barang yang di
tuju. Di bawah ide kebaikan, orang harus mencapai terlaksananya keadilan dalam
pergaulan hidup. Apa yang baik bagi perorangan, baik pula bagi masyarakat.
Antara kepentingan perorangan dengan kepentingan masyarakat tidak boleh ada
pertentangan
B.
Peripatetic
a.
Pengertian
Peripatetic
Istilah
peripatetic muncul sebagai sebutan bagi pengikut Aristoteles. Secara historis,
Aristotelianisme terbagi ke dalam tiga periode: pertama, peripatetik masa-masa
awal yang dimulai sejak Aristoteles hingga meninggalnya Strato (322 – 270 SM);
Kedua, sejak Strato sampai Andronicus (270 – ..SM); Ketiga, periode pasca
Andronicus dan generasi berikutnya yang mengedit dan mengomentari karya-karya
Aristoteles.[5]
b.
Gagasan
Penting Paripatetic
Filsafat
islam yang bercorak hellenis mencoba memadukan tradisi peripatetic awal yang
diusung oleh tiga filsuf besar terdahulu, Socrates, Plato dan Aristoteles
dengan perpaduan neo platonic yang telah diretas jalannya oleh plotinosdi era
hellenistik. Di
tangan para filsuf Muslim, peripatetisme (masysya’iyyah) mengalami perluasan
objek pembahasan, tidak terbatas hanya pada Aristotelianisme. Hossein Nasr
mengatakan, prripatetisme (masysya’iyyah) merupakan sintesa antara
ajaran-ajaran Islam, Aristotelianisme dan Platonisme, Hal ini berbanding lurus
dengan gagasan filsafat islam dengan tradisi peripatetic dengan titik
pradabannya yang terbangun jauh setelah lahirnya dunia helenistic yaitu pandangan
dunia atas dominasi mistis irasioanl dan pandangan rasional dalam bingkai yang
menerangkan arti penting pemikiran dalam diri individu pemeluknya.Yang
merupakan bagian penting dari peripatetic.
c.
Tokoh-tokoh
Besar Peripatetic
1.
Al-Kindi(Lahir
801-873 M)
Nama
Lengkap Abu Yusuf, yakub Ibnu Ishak al-sabah, Ibnu Imran, Ibn Al-Asha’ath, Ibnu
Kays al-Kindi. Al Kindi di dunia Barat terkenal dengan nama alkindus.[6]
Seorang filsuf muslim awal bagian timur, perintis
jalan persatuan agama dan filsafat, wahyu dan akal, sehingga kebenaran dalam
konsep al-Kindi selalu memiliki dua sisi naqliyah dan aqliyah. Al- Kindi
terkenal sebagai orang yang merintis lahirnya filsafat peripatetic dan berupaya
untuk mengkonbinasikan watak agama dan filsafat dalam spectrum logika, oleh
karenanya fikir filosofis yang
disistimatiskan oleh al-kindi sarat dengan perpaduan antara pemikiran islam dan
filsafat. Seperti lahirnya pembahasan hubungan antara keesaan Tuhan dan
penciptaan-Nya, keserbaragaman dunia dan possisi wahyu diantara akal.
Al
Kindi mengarahkan filsafat Muslim kearah kesesuaian antara filsafat dan agama.
Filsafat berdasarkan akal pikiran sedangkan agama berdasarkan wahyu. Logika
merupakan metode filsafat sedangkan iman yang merupakan kepercayaan kepada
hakikat-hakikat yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagaimana diwahyukan Allah
kepada nabi-Nya, meupakan jalan agama.[7]
Kedudukan
Akal dan Wahyu
Kedudukan Akal dan Wahyu baginya ialah
akal sebagai alat untuk menyatakan kebenaran pengetahuan yang berasal dari
Tuhan(wahyu). Akal manusia bersifat passif tidak sampai pada pengetahuan wahyu.
Al-Kindi berpendapat bahwa menurutnya pengetahuan para nabi yang diperoleh
dengan wahyu lebih menyatakan kebenarannya daripada pengatahuan para filosof
yang hanya menggunakan akal.
2.
Al-Farabi(870-950
M)
Abunasr
Muhammad Al- Farabi adalah seorang tabib yang kenamaan, seorang ahli ilmu pasti
dan seorang filsuf yang ulung. Ia juga terkenal sebagai seorang ahli dalam
bahasa-bahasa Yunani, Arab, Parsi, Suria, dan Turki. Beliau melebihi al-Kindi
baik memberi penjelasan dan tafsir umum maupun dalam menerjemahkan dan menyusun
kembali dari sisi kitab-kitab filsafat Yunani. Dengan demikian maka beliau dianggap
sebagai yang paling terpelajar dan tajam dari komentator karya Aristoteles[8].
Ia juga merupakan pemikir muslim yang
singkretis, melanjutkan ide-ide filosofis al- Kindi dengan merekonsiliasi
pemikiran-pemikiran filosofis plato dan arestoteles, sehingga diksi populernya
adalah hakikat kebenaran tunggal dalam filsafat walaupun dalam perbedaan metode
analisis penguraian hakikat kebenaran itu. Dan dalam gagasan ketuhanan yang
diusung al-Farobi memadukan konsep arestoteles dan new platonic yakni almaujud
dan al awwal, dan diperoleh dua kebenaran wajibul wujud dan mumkinul wujud.
Al-Farobi dikenal dalam lanscap pemikiran filsafat islam sebagai perintis integrasi agama dan filsafat dalam konsep
pengetahuan yang kemudian lahir menjadi integritas ilmu pengetahuan yang
memasukan didalamnya pembahasan hirarki keonseptual agama dalam gagasan
keilmuan. Dalam buku terkenalnya fi insa al ulum (perhitungan ilmu pengetahuan)
Beliau mencoba nmengklasifikasikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan
mencari keterkaitan antara satu rumpun keilmuan dengan yang lainnya. Selai nitu
al-Farabi lebih dikenal sebagai lentera yang menerangi gagasan filsafat islam
peripatetic walaupun al-kindi juga berada didalamnya.
Kebenaran
Tunggal
Kebenaran tunggal yang dimaksud
al-farabi yaitu antara agama dengan filsafat keduanya mengacu pada kebenaran
yang satu (tunggal) meskipun cara memperoleh kebenaran itu berbeda antara satu
dengan lainnya.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
penjabaran makalah ini dapat disimpulkan bahwa Hellenisme merupuakan tradisi
yunani yang dibawa oleh Alexander dan berkembang di daerah-daerah
penaklukannya. Hellenisme mendapat berbagai macam tanggapan dari kaum muslim
pada era itu, diantaranya berpalingnya para pemikir dari ranah kesucian
pengetahuan keranah pengabdian kekuasaan. Akan tetapi setelah beberapa abad
lamanya pasca hellenistik muncul masyarakat muslim cendrung berkehendak
menciptakan iklim intelektual yang bebas dari konsep matrealisme. Adapun
tokoh-tokoh besar dibalik berkembangnya Hellenisme ialah :
1.
Socrates (abad
470-400 sebelum masehi)
2.
Plato (abad
428-343 sebelum masehi)
3.
Aristoteles
(abad 384-322)
Filsafat
yang bercorak Hellenisme mencoba memadaukan tradisi peripatetic awal yang
diusung 3 filsuf diatas. Sehingga corak Filsafat Islam sangat terasa
rasionalisme dan irasionalisme berdasarkan rujukan tokoh yang melatar belakangi
lahirnya filsafat islam itu, diantara tokoh tersebut ialah Al-Kindi (lahir 801
M) dan Al-Farabi(Lahir 870 M).
:
DAFTAR PUSTAKA
§
http://.gravatar:
filsafat peripatetic.com
§
http:// Gentong
Edukasi: Zaman Helenisme dalam Filsafat Yunani Kuno.com
§
http://
para-filsuf-jaman-hellenistis-jaman.memancar.blogspot.com
§
Tafsir,
Ahmad.2010. Filsafat Umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
§
Supriyadi, Dedi. 2009. Pengantar Filsafat
Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
§
Hariyadi,
Encung.Silabi Filsafat Islam
- Sudarsono.2004.
Filsafat Islam. Jakarta: PT Rineka cipta
[1]
http:// Gentong Edukasi: Zaman Helenisme dalam Filsafat Yunani Kuno.com
[2]
http:// para-filsuf-jaman-hellenistis-jaman.memancar.blogspot.com
[3]
Encung Hariyadi: Silabi Filsafat Islam
[4]
Ahmad Tafsir.. Filsafat Umum (PT Remaja
Rosdakarya : Bandung. 2010) Hlm: 58
[6]
Sudarsono. Filsafat Islam(PT Rineka cipta: Jakarta 2004) Hlm :21
[7]
Dedi Supriyadi.Pengantar Filsafat Islam(CV Pustaka Setia: Bandung.2009)
Hlm :62
[8]
Sudarsono. Filsafat Islam(PT Rineka cipta: Jakarta 2004) Hlm: 31
No comments:
Post a Comment